Pages

Kamis, 12 Desember 2019

Kondisi EBT di BRUNEI DARUSSALAM / Renewable Energy in Brunei Darussalam

Brunei terbagi 2 daerah yang terpisah oleh lembah sungai Limbang di Sarawak. Brunei terdiri atas 4 distrik, distrik Brunei-Muara (termasuk ibukota Bandar Seri Begawan), Tutong, Belait (Bagian Barat yang didominasi oleh dataran rendah berbukit, berawa, dan lembah aluvial) dan Temburong (pegunungan di bagian Timur) dengan total area 5.770 km2 dan total penduduk sekitar 408.000 orang (2010), 42% di perkotaan, (201.100 orang di ibukota), sedangkan distrik Temburong berpenduduk hanya 10.000 orang. Daerah tanam diperkirakan sekitar 13.000 Ha, 2,5% dari total area. Daerah yang telah ditanami sekitar 7.000 Ha, dan 4.000 Ha berupa tanaman permanen, sisanya ditanami tanaman tahunan. Tanaman utama adalah beras, ubi kayu, pisang, dan nenas.  

Brunei adalah negara kaya minyak dan gas alam. Pendapatan pemerintah Brunei sangat bergantung kepada ekspor minyak dan gas alam dengan cadangan keduanya masing-masing tinggal 17 tahun dan 30 tahun lagi. Harga pasar mereka saat ini yang kurang stabil menyebabkan pemerintah harus mencari proyek hilir minyak dan gas alam. Hal itu dilakukan dengan cara mendiversifikasi produk ekspor, misalnya mengembangkan industri methanol sebagai industri hilir yang menggunakan minyak mentah dan gas alam sebagai bahan baku. Hal itu berdampak pula kepada penambahan tenaga kerja dan aktifitas tambahan penghasilan (spin-off) pengusaha lokal. Tingginya harga BBM berdampak kepada meningkatnya subsidi BBM dan mempengaruhi kebijakan pangan nasional, karena Brunei selama ini bergantung kepada impor pangan. Saat ini listrik Brunei 99,95% berasal dari Fosil, sisanya 0,05% adalah PLTS. Di masa depan sekitar 2035, Brunei akan meningkatkan peran ET sekitar 10% (954GW) menjadi bauran energi listrik nasional.

Oleh karena itu, penguatan sektor pertanian menjadi isu penting di Brunei, sekaligus menaikkan ketahanan pangan nasional agar mandiri melalui kemampuan sendiri memproduksi beras sebagai agenda utama nasional. Hal itu dapat dilakukan melalui riset dan inovasi yang berkelanjutan dan mengusulkan Taman Teknologi Agro yang terdiri atas laboratorium dan tempat percobaan pertanian, dan pengembangan litbang produk-produk halal yang ternyata mampu menarik minat investor asing dalam memproduksi produk-produk farmasi halal. Infrastruktur untuk melaksanakan itu diperoleh dari bahan-bahan murah yang menarik minat investor dari China, Rusia, dan Jepang. Akibatnya, aktivitas agro akan memproduksi biomassa lebih banyak di samping besarnya potensi EBT lainnya yang menjanjikan untuk dieksploitasi, sehingga Kebijakan pengembangan EBT di Brunei perlu dilakukan.

EDPMO (Energy Department at The Prime Minister's Office) memperkirakan th 2017 Brunei mencapai 124GWh untuk EBT dan sekitar 954GWh pada tahun 2035. Beberapa negara (Kanada, China, Jepang) tertarik untuk mengembangkan Energi Terbarukan (ET) (PLTA, PLTS, dan PLTB) di Brunei. Hal itu tidak hanya berguna mengurangi ancaman global perubahan iklim akibat naiknya penggunaan BBM yang juga menaikkan konsumsi listrik, tetapi juga mempertahankan ekspor minyak dan gas. 

Guna memberikan kepercayaan investor potensial, pulau Muara Besar (PMB) dikembangkan sebagai tempat revolusi ET termasuk kepastian finansial, kemampuan teknis, infrastruktur dan ketrampilan yang memerlukan waktu yang cukup. 

Kapasitas listrik terpasang di Brunei teramati menurun, dari 830,54 MW (2008) menjadi 804,2 MW (2009). Sebaliknya, kebutuhan listrik Brunei meningkat dari 563,3 MW (2008) ke 607.2 MW (2009). Perkiraan konsumsi listrik th 2020 sekitar 4,32miliar kWh. 

Brunei bergabung dengan IREA (International Renewable Energy Agency) pada tanggal 23 Juni 2009.



METHANOL

Mitsubishi Gas Chemical Company, INC, ITOCHU Corp., dan Brunei National Petroleum Co. bergabung membentuk satu perusahaan bernama BMC (Brunei Methanol Company) di Sungai Liang Industrial Park (16Ha) guna memproduksi dan menjual methanol sejak Mei 2010. BMC memproduksi 850.000 ton methanol/tahun yang digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi formalin, asam asetat, dan biodiesel. Methanol diekspor terutama ke negara Asia (Tiongkok 430ribu ton/th) yang menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat.

SURYA (PLTS)

Brunei terletak di daerah tropis yang menerima radiasi surya amat melimpah dan selalu hadir sepanjang tahun. Potensi: 16 GW. PLTS yang ada hanya memproduksi sekitar 1,7GWh/tahun. Bila semua rumah dan lapangan/tempat parkir diatapi PLTS, maka daya listrik 780MW dapat diperoleh. Radiasi surya di Brunei rata-rata sekitar 5 kWh/m2/hari. Bila Brunei memanfaatkan hanya 1% dari  luas daratan 5.770 km2, maka Brunei akan menghasilkan 26.350 MWh/hari, atau 9.617.750 MWh/tahun. Angka ini melewati kebutuhan listrik Brunei tahun 2006, yaitu sebesar 2.929.000 MWh/tahun. Biaya produksi modul PV menurun, karena proses produksi yang lebih efisien, sehingga biaya produksi unit PLTA hanya US$0,36 /kWh.

Mitsubishi Co. memilih Brunei untuk membangun Fasilitas demonstrasi surya terbesar di Asia Tenggara. Saat ini telah ada satu PLTS 1.2 MW di Seria (2010). 

Proyek PLTS lainnya adalah Brunei Solar, berlokasi di Muara, on-grid, Mono-Si sebagai modul PV, dengan efisiensi 11,7%, daya 100 kWp (165.071 MWh), luas 854,7 m2. Proyek lainnya diharapkan menghasilkan 10-15MW.

Penggunaan surya lainnya: pemanas air tenaga surya.

AIR (PLTA)

Potensi Kapasitas PLTA sekitar 20GW. Brunei belum memiliki PLTA. DES (Department of Electrical Services) mempertimbangkan pengembangan PLTA sepanjang sungai Temburong yang diperkirakan berkapasitas sekitar 70-80 MW dengan masih menstudi dampak negatif terhadap hutan tropis, mata pencaharian penduduk dan ikan di sekitarnya. Pemerintah Sarawak telah mengadakan pembicaraan dengan pejabat Brunei tentang pemanfaatan sungai Temburong untuk keperluan PLTA (150 MW) dan irigasi guna meningkatkan produksi pangan (beras) di Temburong. Menteri Utilitas Publik Serawak juga memprioritaskan pengembangan PLTA Limbang (240 MW) dan Lawas (100 MW). Untuk itu, Brunei perlu memperbaiki jalur transmissi interkoneksi 175 kV dengan Sarawak agar terhubung dengan PLTA Limbang dan PLTA Lawas, bahkan bila perlu terhubung dengan Indonesia. Sungai Kenaya dan Batang Terusan di Lawas dapat pula dimanfaatkan untuk PLTA yang lebih dekat ke Temburong. Di antara para investor yang tertarik untuk terlibat dalam proyek PLTA di Lawas adalah China. Saat ini Temburong memanfaatkan PLTD untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah itu.
Sinohydro-Pahaytc Venture Sdn Bhd, anak perusahaan Sinohydro Co, China, ditunjuk untuk membangun waduk Ulu Tutong (tinggi 42 m, DAS 108 km2, volume air 100 juta m3) di Distrik Tutong 22 km dari Kg Belabau dengan kontrak sekitar 437juta Yuan (US$85,4juta) selama 45 bulan yang hanya digunakan untuk pasok air bukan PLTA. Akan tetapi di masa datang, waduk itu dapat diubah ke PLTA, dengan hanya menambahkan generator listrik, dan dengan desain waduk seperti itu akan memproduksi listrik kira-kira 10 MW. Kesulitannya adalah membuat kanal baru dulu untuk mengalihkan air guna memasang dinding beton plastik. Waduk Ulu Tutong berfungsi sebagai waduk regulasi (terutama di musim kemarau), air waduk dilepas sedikit demi sedikit bila aliran air sungai Tutong menurun, dan membagi air ke pintu masuk Kuala Abang (Pengolahan Air Bukit Barun) dan Layong (Pengolahan air Layong) untuk memproduksi air bersih tanpa hambatan. Saat ini Brunei mempunyai 3 waduk, waduk Mengkubau di Mentiri, waduk Tasek di Bandar, dan waduk Benutan di Tutong. Waduk Kagu di Labi masih dalam tahap konstruksi. Satu waduk lainnya, waduk di Imang, hanya digunakan untuk pasok air guna keperluan pertanian di Wasan dan sekitarnya.

ANGIN (PLTB)

Potensi PLTB (bayu/angin): 1800 MW di lepas pantai (75-100 turbin per tapak) dengan densitas energi angin 0,17 kWh/m2, Laju angin paling sering  4,15 m/detik, laju angin paling intensif 8,3 m/detik, faktor kapasitas 0,13; produksi energi tahunan 2239,366 MWh; pengurangan CO2 1099 ton/tahun, atau pengurangan CO2 selama umur ekonomis: 27.475 ton/tahun. Ada 19 tapak potensial (1-10 turbin per tapak) untuk dibangun PLTB terutama di sisi Selatan Brunei, misalnya Temburong, Timur Laut Seria, beberapa di Selatan Tutong. Tapak 5 (Lumut, 9 turbin) akan memberikan 20-30 MW.

BIOMASSA (PLTBm)

Potensi: 13 x 10E5 kWh/tahun (0,15 MW). Pasokan energi domestik dihasilkan dari biomassa (cangkang sawit, dll) dan bahan limbah kayu yang telah menyumbang sekitar 9% dari konsumsi energi utama total. PLT Biomassa menyumbang 34 MW di Sabah, dan dua lagi dikembangkan di Sandakan. PLTBm Mukah 12 MW memanfatkan limbah sawit.

GELOMBANG LAUT

Potensi: 0,66 MW.

TIDAL (ARUS LAUT)

Potensi: 335 kW. Riset menunjukkan bagian Utara distrik Muara berpotensi untuk mengembangkan PLTAL.

INSENTIF
Feed-in Tariff atau FIY diterapkan di Brunei. Penduduk yang memasang sel surya di atap rumahnya dapat memberikan kelebihan listriknya ke jaringan listrik nasional.
Insentif (tidak langsung berupa dollar) sedang ditawarkan guna memberikan dorongan kepada badan-badan sektor swasta/publik di bidang energi. Pemerintah meminta kewaspadaan publik terhadap naiknya biaya energi dan akibat konsumsi energi terhadap lingkungan dan mengawali beberapa kampanye untuk mendidik publik di bidang konservasi dan efisiensi energi. Bila publik telah terdidik, maka mereka akan membeli peralatan berteknologi energi yang sangat efisien.




Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar