Pages

Kamis, 31 Oktober 2019

Kondisi EBT di MALAYSIA / Renewable Energy in Malaysia

Malaysia adalah produsen BBM dan gas alam yang dikelola oleh Petronas (Petroleum Nasional Berhad), dan juga produsen dan pengekspor minyak sawit dunia. Malaysia mengadopsi strategi diversifikasi campuran energi dengan 5 jenis bahan bakar sejak tahun 1999, dan komposisi bauran energi pada tahun 2015 adalah gas alam (48,13%), batubara (40,14%), air/hidro (11,64%), dan destilat 0,09%. Kebutuhan listrik (Maret 2016) sekitar 17.175MW. Kebutuhan listrik itu naik per tahun rerata 3,1%.

Sumber EBT di Malaysia sebenarnya melimpah untuk dieksploitasi guna menggantikan sumber energi dari BBM, LNG dan Batubara. Pada akhir th 2005, Kebijakan Energi Nasional ke 8 menargetkan energi listrik sebesar 500 MW berasal dari EBT dapat masuk ke grid nasional, tetapi ternyata hanya tercapai 12 MW saja, itu pun berasal dari 2 proyek SREP (Small Renewable Energy Programme). Oleh karena itu, pemerintah mengusulkan lagi kebijakan ke 9 (2006-2010) dengan titik berat ke pengembangan EBT. Salah satu rekomendasinya adalah melakukan Efisiensi Energi terhadap Bangunan Komersial yang selanjutnya diketahui sebagai MS1525. Namun, langkah itu juga kurang berhasil. Selanjutnya, Menteri Energy, Air, dan Komunikasi Malaysia membuat amandemen UBBL (Uniform Building By-Laws) yang berkaitan dengan MS1525. Pelaksanaan UBBL yg direvisi adalah tonggak sejarah pemanfaatan EBT di Malaysia. Di sisi lain, protokol Kyoto diratifikasi pada tahun 2002 oleh Pemerintah yang ternyata menguntungkan Malaysia dari sisi investasi yang berhubungan dengan pengurangan GHG (Greenhouse Gas), misalnya proyek yang berhubungan dengan EBT, Efisiensi Energi, Manajemen Limbah, dan banyak lagi. Proyek seperti ini diprioritaskan oleh Pemerintah untuk melaksanakan CDM (Clean Development Mechanism) di Malaysia. Kebijakan ke 10 (2011-2015) menargetkan EBT mencapai 985 MW atau 5,5 % dari total listrik yang dihasilkan hingga tahun 2015 yang terdiri atas biomassa (330 MW), Biogas (100 MW), Mini-hidro (290 MW), Surya PV (65 MW), limbah padat/sampah (200 MW). Investasi EBT didorong oleh feed-in tariff untuk biomassa, biogas, minihidro, dan surya PV yang diatur oleh SEDA (Sustainable Energy Development Authority). Tarif itu tidak memasukkan energi angin dan geothermal.  Investor juga diberikan insentif fiskal misalnya kelonggaran pajak investasi. Pengguna EBT didorong mengikuti program SREP, yaitu membuat pembangkit listrik kecil hingga 10 MW yang dijual ke TNB (Tenaga Nasional Berhad) dengan menyambungkannya ke jaringan listrik nasional dengan perjanjian hingga 21 tahun. 
Malaysia berharap pada tahun 2025 energi dari EBT sekitar 20% dan pada tahun 2050, ET (PLTA, PLTS, PLTBm, PLTBg) sudah mencapai 50%, sedangkan tahun 2018 baru mencapai 21,67% (7271MW). PLTGL (Gelombang Laut) belum ada yang menyentuh. PLTB berpotensi di di Utara Sabah.

SURYA
PLTS Kuala Perlis
PLTS Amcorp Gemas 10,25MW telah diuji-coba Juni 2014. Produsen PLTS itu berasal dari Yingli Green Energy Holding Ltd (China) dengan desain panel Yingli Policrystalline 250 Watt. Kesepakatan dengan TNB selama 21 tahun dengan FIT 87,4 sen/kWh.

Proyek BIPV (Building Integrated Photovoltaic Programme) dibangun di Malaysia pada tahun 2004, hasil kolaborasi NLCC Architects Sdn Bhd, Fraunhofer ISE, Jerman, dan SIRIM Bhd. GEF (Global Environment Facility) dan UNDP menyetujui hibah sebesar US$4,4 juta untuk mengembangkan BIPV Malaysia yang akan digunakan pada atap, pelindung sinar matahari di sisi gedung dan kanopi. Proyek itu dikelola PTM (Pusat Tenaga Malaysia) di bawah Kementrian Energi, Air, dan Transportasi.
PLTS Kuala Sawah, Negeri 9
TNB telah melengkapi proses tender untuk PLTS pertama senilai US$4mill/MW yang berlokasi di Putrajaya. Target PLTS adalah 1,25 GW hingga 2020.
STX Corp salah satu konglomerat Korea Selatan menandatangani nota kesefahaman dengan SHTP (Senai Hi-Tech Park) untuk meginvestasikan RM 1,5 milyar guna membangun pabrik sel surya di dekat Bandara Senai di Johor. Tanah seluas 460 Ha disediakan untuk proyek tersebut. Pabrik itu dilengkapi oleh Pusat Litbang yang saat ini berkapasitas 50 MW per tahun yang dapat dinaikkan hingga 300 MW dalam 3 tahun ke depan. Proyek tersebut selesai akhir tahun 2011. Pabrik di Senai ini mampu memproduksi modul panel surya dan ladang surya (PLTS) 50 MW dan kapasitas itu akan dinaikkan hingga 100 MW pada 5-7 tahun ke depan. Produk tersebut diekspor ke negara Eropa dan Amerika Serikat.


BIOMASSA
Malaysia adalah salah satu produsen dan ekspotir terbesar minyak sawit selama 40 tahun terakhir, dan memiliki sekitar 3,87 juta Ha tanaman sawit. Limbahnya yang berupa tandan buah kosong dan serat sawit berguna sebagai sumber energi terbarukan, sebagai hasil samping 380 pabrik minyak sawit yang tersebar di Malaysia, dan mampu memberikan listrik sekitar 2.400 MW. Malaysia diharapkan memproduksi 100juta ton kering biomassa padat per tahun dari sektor sawit yang dapat diekspor ke China, Korsel, Jepang, Taiwan, dan Eropa. Biomassa cair juga diproduksi (~16juta ton/tahun).

Ada pula 14 proyek SREP yang akan menghasilkan listrik sekitar 105 MW. Beberapa PLT biomassa jenis turbin uap dengan bahan bakar tandan sawit yang telah beroperasi adalah: 1) Bumibiopower (6 MW), Pantai Remis, Perak; 2) Jana Landfill  (2 MW, biogas) Seri Kembangan, Selangor; 3) TSH Bio Energy (14 MW) Tawau, Sabah; 4) Potensi Gaya (7 MW) Tawau, Sabah; 5) Alaf Ekspresi (8 MW) Tawau, Sabah; 6) Naluri Ventures (12 MW) Pasir Gudang, Johor; 7) Seguntor Bioenergy (11,5 MW) Sandakan, Sabah; 8) Kina Biopower (11,5 MW) Sandakan, Sabah; 9) Recycle Energy (8,9 MW, sampah) Semenyih, Selangor.

Kilang biomassa (limbah sawit) terbesar kedua sesudah Italia dikembangkan oleh MYBiomass Sdn Bhd di Johor bekerjasama dengan Sime Darby Bhd dan Felda Global Ventures Bhd guna diubah ke produk industri gula (bahan bakar, bahan kimia, dan material  lainnya) dan biobutanol. Tahun 2014, Sime Darby mengembangkan 6 Biogas Plant di Semenanjung Malaysia dengan kapasitas total 12 MW menggunakan effluen pengolahan minyak sawit; Felda membangun 10 MW PLTBm di Jengka, Pahang. Sekitar >80 juta ton biomassa tersedia, tetapi baru sekitar 20%-nya yang akan dimanfaatkan. Kilang tersebut beroperasi akhir tahun 2016 dengan investasi sekitar RM400juta dan kapasitas sekitar 60ribu ton/tahun.

Heng-Huat membangun PKS (Pabrik Kelapa Sawit) di Gua Musang, Kelantan dengan dana RM35juta. Sebelumnya telah dioperasikan 2 PKS di Seberang Perai, Penang. Dengan adanya PKS baru tsb, kapasitas produksi menaik dari 100.500 menjadi 135.000 ton/tahun pada kuartal II th 2016. Indonesia dan Malaysia mengajak negara ASEAN menggunakan biodiesel 20% (B20). Malaysia masih menggunakan B10. Heng-huat juga memproduksi material biomassa seperti fiber dari kelapa dan cangkang sawit (untuk mencegah tanah longsor dan badai pasir dalam negeri dan tujuan ekspor), briket (PLTU pengganti batubara), produk organik lainnya.


GAS TPA (landfill gas)

Ada 4 proyek pembangkit listrik yang menggunakan gas methan berasal dari sampah TPA telah disetujui dengan kapasitas 9 MW. Cypark Resources Bhd (investor swasta) berencana menginvestasi RM94,29 juta untuk membangun Taman EBT di Pajam, Negeri Sembilan yang mampu menghasilkan listrik 10 MW yang diharapkan memberikan pendapatan sekitar RM12,16 juta per tahun selama 21 tahun ke depan. Pajam adalah lokasi TPA yang telah diremediasi seluas 26 Ha yang akan diubah menjadi taman EBT terintegrasi dari 3 macam EBT yaitu PLTS, PLT gas TPA, dan PLT sampah.

ANGIN

Laju angin rata-rata tidak lebih dari 2 m/detik. Akan tetapi, laju angin tergantung lokasi dan bulan. Malaysia mengalami 2 angin musim, angin Barat daya (Mei/Juni-September) dengan laju di bawah 7 m/detik, dan angin Timur Laut (November-Maret) dengan laju mencapai 15 m/detik terutama di pesisir pantai daerah semenanjung Malaysia bagian Timur (Kelantan, Pahang, dan Terengganu). Ladang angin pertama kali dibangun di Malaysia adalah di pulau Terumbu layang-layang di Laut China Selatan, 300 km Barat Laut kota Kinibalu, Sabah sebagai hasil studi mahasiswa UKM (University Kebangsaan Malaysia). Kapasitas terpasang hanya 0,15 MW. Studi itu juga menentukan 16 lokasi di pesisir pantai yang menghadap Laut China selatan, Selat malaka, Laut Sulu atau laut Sulawesi.

AIR

Potensi PLTA di Malaysia sudah jauh berkembang. TNB mengoperasikan 3 skema  PLTA yang memiliki kapasitas terpasang 1.911 MW, yaitu 1) skema PLTA Sungai Perak (649 MW): Bersia/72 MW, Chenderoh/40.5 MW, Kenering/120 MW, Sungai Piah Atas/14.6 MW, Sungai Piah Bawah/54 MW, Temenggor/348 MW; 2) Skema PLTA Terengganu (400 MW): Sultan Mahmud/4x100 MW; 3) Skema PLTA highlands Cameron (262 MW): Jor/100 MW, Woh/150 MW, Odak/4,2 MW, Habu/5,5 MW, Kampong Raja/0,8 MW, Kampong Terla/0,5 MW, Robinson Falls/0,9 MW. Selain itu, ada skema PLTA independen: Sultan Ismail Petra/600 MW, Sg. Kenerong/20MW. Sementara, di Sabah dan Sarawak dibangun PLTA Batang Ai/25 MW, Sarawak; Tenom Pangi/66 MW, Sabah; Bakun/2.400 MW (sedang dibangun), Murum/944 MW (diusulkan, Sarawak).

Namun, masih ada beberapa tempat yang belum dimanfaatkan untuk PLTA seperti di Pahang, Kelantan, dan Perak. Proyek PLTA Bakun di Serawak sebesar 2.400 (8x300) MW adalah potensi terbesar yang saat ini masih dalam tahap pembangunan. PLTA Hulu Terengganu 250MW dan PLTA Ulu Jelai 372MW diharapkan beroperasi masing-masing th 2015 dan 2016; kemudian, PLTA Tekai 156MW (2020), Telom 132MW (2022), Nenggiri 300MW (Multipurpose, 2024), dan Lebir 270MW (Multipurpose, TBC). Proyek lain, PLTA Rejang Basin di Sarawak dan PLTA Kaiduan (37 MW) di Sabah sedang distudi.


PLTMH (mini-hidro)

Ada 18 proyek PLTMH yang ditawarkan dengan kapasitas total sebesar 69,9 MW.

GEOTERMAL / PANAS BUMI

PLTP di Malaysia belum ada. Departemen Mineral dan Geoscience menemukan adanya potensi panas bumi di Apas (2000-3000 m air bersuhu 220-236 derajad C di bawah permukaan tanah), 40 km dari Tawau, Sabah dengan potensi menghasilkan listrik sekitar 67 MW. Dana US$ 420.000 dialokasikan untuk riset agar pengeboran uap segera dapat dilaksanakan.

BIODIESEL

Cool Planet Energy Systems dan Acritaz Greentech menandatangani kerjasama membangun pabrik skala pilot guna mengubah bahan baku biomassa lokal seperti limbah cangkang sawit, kayu+kulit kayu, dll. menjadi biofuel dan biochar. Dana sebesar US$60juta akan digunakan untuk membangun pabrik pertama di Johor akhir tahun 2013.

BIOETANOL

Universitas Malaysia Sarawak (Unimas) memproduksi bioethanol dari pohon sagu dengan kode bioethanol  E18 yang dapat digunakan langsung ke mesin atau karburator sebagai aditif. Pabrik bioethanol Unimas berproduksi 1.000 liter/hari. Sagu 10-12 ton dapat menghasilkan gula 5-7 ton. Proyek selanjutnya adalah mengubah limbah cair dari pabrik ini untuk menghasilkan biodiesel.

Material lignoselulose biomassa dari limbah pertanian, sampah kota, dll. tersedia sebanyak 47,4 juta ton kering/tahun (130.000 ton/hari) yang dapat diubah menjadi bioethanol 32.838 ton/hari.

Mitsui Engineering & Shipbuilding Co. bekerjasama dengan produsen minyak sawit Sime Darby plantation Sdn. berencana memproduksi bioethanol dari tandan sawit sebanyak 1,25 ton/hari pada kuartal pertama tahun 2013 yang menggunakan proses perlakuan awal hydrothermal dan teknologi hidrolisis enzim.

BIOBUTANOL

Perusahaan Korsel GS Caltex Co. mendanai proyek kilang biobutanol Malaysia, sekitar RM 1,2 Miliar pada th 2017 di sekitar Lahad datu dan Tanjung Manis. Proses pembuatan biobutanol berasal dari fermentasi biomassa menggunakan mikroba yang disebut Acetone Butanol Ethanol. Biobutanol dapat dicampur dengan bensin, kurang korosif, dan lebih meledak daripada ethanol, tapi kurang dapat dipisahkan dari air dibanding ethanol.

NUKLIR

Pemerintah Malaysia menunda pembangunan PLTN, meski ETP (the Economic Transformation Programme) Malaysia pernah berencana membangun 2 PLTN 1000 MW tahun 2022 di semenanjung Malaysia. Aktivis lingkungan memprotes dengan tuduhan bahwa pemerintah tidak serius menangani PLTS, PLTA dan PLTB yang melimpah di Malaysia. Pemerintah berkilah bahwa PLTA cocok dibangun di Sabah dan Sarawak, bukan di semenanjung Malaysia. Malaysia sesungguhya belum siap betul untuk memiliki PLTN pertamanya, karena publik belum sepenuhnya menerima 100%. Apalagi BPS Malaysia mengatakan bahwa 62,87% (Juli 2015) publik Malaysia tidak yakin terhadap kemampuan Badan Regulasi Malaysia meregulasi teknologi nuklir.

Feed-in Tariff

Menteri Energi, Teknologi Hijau dan Air Malaysia mengimplementasikan feed-in tariff untuk EBT di Malaysia pada awal tahun 2012 agar pengguna EBT dapat menjual kelebihan listriknya ke TNB atau ke perusahaan perwakilan di masing-masing provinsi misalnya Sarawak Electricity Supply Corporation atau Sabah Electricity Board.



Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com





Kondisi EBT di KAMBODJA / Renewable Energy in Cambodia

Sebagai akibat dari bencana nuklir di Fukushima, pertemuan PBB di Bangkok April 2011 lalu mendesak penduduk dunia untuk segera memanfaatkan EBT, agar tidak ada pilihan lagi antara bahaya nuklir atau  kerusakan akibat perubahan iklim. Isu yang muncul adalah bagaimana caranya membantu negara berkembang seperti Kambodja untuk mendapatkan teknologi energi bersih dengan melakukan pengumpulan Dana. Di pertemuan itu, Pemerintah masing-masing telah sepakat memobilisasi US$100 miliar per tahun mulai tahun 2020, meski Komite Transisi masih membahas bagaimana langkah kongkritnya.
Kerajaan Kambodja adalah negara agraris, 85% penduduk tinggal di pedesaan sebagai petani. Kehidupan mereka bergantung kepada pertanian, perikanan, peternakan, produk hutan dan non hutan, dan energi yang mereka gunakan berasal dari kayu, arang, dan residu pertanian yang dikumpulkan dari kawasan hutan di dekat mereka tinggal. Pemerintah Kambodja menekankan program energi kepada penggunaan listrik di pedesaan, bila mungkin masuk jaringan listrik nasional, dan di luar jaringan listrik nasional (off-grid) untuk EBT guna meningkatkan standar kehidupan warga pedesaan. Sumber alam energi Kambodja yang terindikasi berupa bahan bakar fosil, gas alam, dan batu bara, dan lebih dari 84% konsumsi energi utama disumbang oleh kayu

Hanya 35% penduduk mempunyai akses ke jaringan listrik yang 90%-nya diperoleh dari PLTD (diesel diimpor), yang menyebabkan harga listrik di Kambodja tertinggi di dunia. Rumah penduduk yang berada di pedesaan dan menikmati jaringan listrik nasional kurang dari 9%. Sisanya menggunakan baterai isi-ulang dan genset kecil yang mereka bayar dengan harga tinggi, karena dikelola oleh pihak swasta. Ketekoran energi ini menghambat pertumbuhan ekonomi dan mengesampingkan investor ke Kamboja.

Fasilitas pasok energi Kambodja hancur karena perang. Proses rehabilitasinya dibantu oleh Bank Dunia, ADB, Jepang, AS, dan negara-negara Eropa. Proyeksi listrik tahun 2024: 3045 MW.

Pemerintah Kambodja merencanakan 100% listrik masuk desa pada tahun 2020 sebagai bagian dari pengembangan teknologi EBT yang salah satunya bekerjasama dengan JICA.

RGC (Royal Goverment of Cambodia) menetapkan target jangka panjang program 5 tahunan yang pertama untuk teknologi EBT, yaitu 
  • 5% pembangkit listrik baru atau sekitar 6 MW dipasok oleh teknologi EBT, termasuk 3 PLTA grid-mini, 3 bisnis EBT, 50-100 orang ahli EBT yang terlatih; 
  • 100.000 KK akan dipasok listrik dari EBT, dengan sasaran 45.000 KK dilistriki oleh REE (Rural Electricity Enterprises, Perusahaan Listrik Desa); 
  • 10.000 KK dilayani oleh SHS (Solar Home System).
Laporan BMI memperkirakan bahwa pertumbuhan populasi dari 15,1 juta saat ini akan menjadi 17,7juta th 2023, sehingga diharapkan konsumsi energi diestimasi  dari 3,2 TWh (2014) menjadi 8,9 TWh (2023). PLTA diset tumbuh 27% per tahun, dan ET lainnya 11% dengan memberikan spesial tarif. Ambisi pakar industri memperkirakan kapasitas terpasang 985 MW (2012) akan naik menjadi 4 GW (2022) dalam bauran energi nasional.

Rencana pembangkit listrik di Kambodja:
Tahap 1 (2004-2008)
2004: Komisioning PLT HFO 10 MW di Siem Rap (hibah Jepang)
2004: Komisioning Pasok Energi di 8 kota Provinsi (dana ADB dan AFD)
2005: Komisioning HFO 32 MW (IPP-Tenaga Listrik Khmer)
2006: Komisioning tambahan PLT HFO 10 MW (hibah Jepang)
2007: Impor listrik dari Vietnam 80 MW untuk langkah pertama dan dari Thailand 20 MW. 
Tahap 2 (2009-2013)
2009: Komisioning PLTA Kirirum III 13 MW (IPP-CETIC)
2009: Perpanjangan impor dari Vietnam dengan kapasitas hingga 200 MW.
2012: Komisioning PLTA Battambang 1, 2, & 3, dengan kapasitas total terpasang 73 MW.
2013: Komisioning PLT 300 MW di daerah pesisir
Tahap 3 (2014-2018)
2014: Komisioning PLTA Kamchay 180 MW
2015: Komisioning PLTA Russey Chum 125 MW
2016: Komisioning PLTA Stung Atay 110 MW
2018: Komisioning PLTA Sambor 465 MW
2020: Komisioning PLTA Lower Se San-2 207 MW, dan Lower Srepok-2 222 MW
setelah 2020: Komisioning PLTA Stung Treng 980 MW, dan Stung Chay Areng 260 MW.

AIR (PLTA)

Menteri Luar Negeri Kambodja menginginkan Kambodja sebagai negara Baterai di Asia Tenggara. Adanya dukungan dari komisi Sungai Mekong, Kambodja berpotensi menghasilkan listrik 10 GW (potensi teknis 7 GW, yaitu dari 1) aliran sungai Mekong: 3.580 MW / 53,3%; 2) anak sungai Mekong: 1,771 MW / 26,5%; 3) di luar lembah Mekong: 1,344 MW / 30%).  Hal itu direncanakan untuk keperluan sendiri dan ekspor dari 50% proyek sepanjang sungai Mekong. Namun, LSM lingkungan mengingatkan bahwa pembangunan PLTA skala besar akan menimbulkan dampak ekosistem yang serius dan menurunnya debit air dan ikan, yang membawa konsekuensi terhadap kehidupan ribuan penduduk di sekitar sungai Mekong. Hal itu pernah terjadi, ketika penduduk lokal mengklaim bahwa beberapa penduduk Kambodja tewas akibat banjir mendadak dan stok ikan menghilang di provinsi Stung Treng dan Rattanak Kiri di Utara Kambodja pada saat pembangunan PLTA Yali Falls 750 MW di Vietnam (beroperasi th 2001) pada anak sungai Mekong, sungai Se San.

Saat ini 2 mini PLTA beroperasi: O Chum II dengan kapasitas 1 MW (1993); Kirirom I berkapasitas 12 MW yang direhabilitasi dan dioperasikan oleh CETIC, Perusahaan China, dengan pola perjanjian BOT selama 30 tahun sejak 2002 bersama-sama dengan jaringan transmisi 120 km 115 kV ke Pnom Penh. Beberapa PLTMikroHidro dioperasikan pula antara 1-50 kW di Provinsi sebelah Utara yang unit-unitnya diimpor dari Vietnam atau China. 

Integrasi Kambodja ke ASEAN berdampak kepada proyek-proyek prioritas pengembangan PLTA agar terkoneksi pula ke jaringan listrik ASEAN. Ada 29 proyek PLTA (di atas 10 MW) yang akan segera dibangun: Battambang I / 24 MW (MoU dg Korea); Battambang II / 36 MW (dg Korea): Battambang III / 13 MW; Middle St. RC / 125 MW; Upper St. RC / 32 MW; St. Atay / 110 MW; Stung Tatay / 246 MW; Sambor / 2.600 MW (MoU studi kelayakan oleh China); Lower Sesan II / 207 MW (MoU dg Vietnam); Lower Se San III / 375 MW (dg Korea); Lower Srepok II / 222 MW; Lower Srepok III / 330 MW (MoU dg China); Lower Srepok IV / 235 MW;  St. Chay Areng / 260 MW; Prek Liang I / 64 MW (dg Korea); Prek Liang IA / 12 MW; Prek Liang II / 64 MW (dg Korea); Stung Pursat I / 75 MW (dg China); Stung Pursat II / 17 MW (dg China); Stung Sen / 40 MW (dg Korea); Se Kong / 148 MW; Stung Treng / 980 MW (Rusia); Prek Por I / 17 MW; Prek Ter II / 10 MW; Prek Ter III / 23 MW; Prek Chhlong II / 24 MW; Stung Metoek I / 175 MW; Stung Metoek II / 210 MW; Stung Metoek III / 50 MW; Stung Kep / 26 MW; dan Bokor Plateau / 28 MW.

Empat proyek PLTA dibangun oleh perusahaan China di prov. Pursat dan Koh Kong: PLTA Atay 120 MW, BOT, dibangun oleh CYC dari China (2012); PLTA Orussei (Lower Russei Chhrum) 338 MW di prov. Koh Kong, bagian Barat Kambodja, 180 km dari Phnom Penh dibangun oleh China Huadian Corp. (Hong Kong) yang selesai tahun 2013 dengan pola BOT selama 30 tahun dan dana investasi sebesar US$558juta; PLTA Tatay 246 MW (2013) dibangun oleh Perusahaan China (China National Heavy Machinery) dengan pola BOT dan dana investasi US$540juta selama 42 (5+37) tahun kontrak konsesi di prov. Koh Kong yang listriknya didistribusi ke daerah O'Som di Prov. Pursat, Battambang, Kampong Chhnang, Phnom Penh, dan tempat lain.

Vietnam (EVN) membangun PLTA Lower Se San-2 400 MW, sungai Se San, anak sungai Mekong, di provinsi Stung Treng, Kambodja dengan dana investasi US$800juta yang dimulai tahun 2011, dan diperkirakan selesai tahun 2016. Separuh produk listriknya dijual kembali ke Kambodja.

Pejabat Kambodja berharap akan membangun 10 PLTA lagi hingga tahun 2019 guna mencapai target listrik yang telah direncanakan.

Di sisi lain, Kambodja mengimpor listrik dari negara tetangga, misalnya mengimpor dari Vietnam (tegangan 220 kV) dengan kapasitas 200 MW (2009); dari Thailand (tegangan 115 kV) mulai tahun 2007 guna menyediakan jaringan listrik Bagian Utara hingga 80 MW; mengimpor dari Vietnam ke provinsi Kampong Cham (tegangan 115 kV) dengan kapasitas 30 MW (2009); mengimpor dari Laos ke provinsi Stung Treng (tegangan 115 kV) dengan kapasitas 20 MW (2009); 5 tautan lintas batas dari Vietnam dan 8 tautan dari Thailand pada tegangan 22 kV guna melayani komunitas dekat perbatasan.

Program listrik masuk Provinsi dan Desa: 1) Rehabilitasi 8 kota provinsi yang didukung oleh ADB (US$18,6juta) dan AFD (Euro3,75juta); 2) Program listrik masuk desa dan Ekstensi jaringan listrik, dengan bantuan dari Bank Dunia (SDR27,9juta), dan GEF (US$5,75juta); 3) Studi Rencana Induk EBT dan pengembangan 3 PLTMikroHidro oleh JICA.

Kambodja juga mensubsidi listrik sekitar US$20juta/tahun agar dapat dilanggan oleh penduduk dengan harga murah.

PLTMH

Kriteria PLTMH di Cambodja adalah: 1) Mini hidro 500 kW hingga 5 MW; 2) Mikro hidro 100 hingga 500 kW; 3) Piko hidro 0,35 hingga 1 kW.

Potensi PLTMH adalah sekitar 300 MW, tetapi hanya 1,87 MW yang telah dimanfaatkan. Studi kelayakan PLTMH didanai oleh New Zealand, PREGA (Promotion of RE, Efficiency and Green House Gas Abatement) dari ADB, Proyek CDG, SIDA NRE Research Program, dan Proyek PV dari NEDO Jepang.

SURYA (PLTS)

Percobaan tahun 1981-1988 di Phnom Penh menunjukkan intensitas cahaya rata-rata matahari selama 6-9 jam per hari sekitar 5 kWh/m2/hari yang berarti PLTS berpotensi besar di kambodja, yaitu sekitar 65GWh/tahun.Tahun 2018 jumlah PLTS terpasang sekitar 120MW, setidaknya 30MW dari PLTS atap rumah dan 30ribu panel dipasang di hamparan pabrik semen Chip Mong Insee.
  • ADB (April 2017) meminjamkan 9,2juta USD ke perusahaan Singapura, Grup Sunseap, guna membangun PLTS 10MW di Bavet. PPA selama 20 tahun telah diteken dengan Electricite du Cambodge.
  • PLTS 130 kW disumbang oleh UNICEF, Red cross, SIDA, dan FONDEM yang memasang sistem demo pada Pusat Rehabilitasi dan Kesehatan. SHS (Solar Home Systems) dengan keluaran 12 V, 50-70 Ah diberikan kepada penduduk berpendapatan rendah di pedesaan dengan investasi US$40 per rumah. Ongkos energi yang ditimbulkan sekitar 24,4 sen US/kWh. 
  • Dana listrik masuk desa direncanakan untuk membeli 12.000 sistem panel surya untuk setiap desa yang tidak terkoneksi dengan jaringan listrik nasional dengan bantuan dari REF, Bank Dunia (US$67,92juta).  
  • Perusahaan surya lokal, Kamworks, menyewakan lentera surya dengn harga 8 sen US$. Menurut ADB, ongkos sistem surya di perumahan berkisar antara US$200-600 untuk daya 20-80 Watt. 
  • Pagoda Por Maes di sebuah desa provinsi Kandal memasang panel surya di atap Pagoda dengan bantuan  LSM Pico Sol Cambodia. Sejak tahun 2009, 4 pagoda telah menggunakan panel surya. 
  • Surya juga digunakan untuk pengeringan makanan. Teknologi pengeringan surya dilengkapi dengan kendali suhu dan kelembaban udara, sehingga kualitas pengeringan tanaman lebih baik dibanding dengan pengeringan matahari alami. Kinerja pengering surya itu dievaluasi dengan cara melakukan pengujian terhadap pisang, nangka, lombok, jagung, buah-buahan dan sayuran lainnya, ikan, dan daging. Teknologi surya mulai murah, dan pasar lokal mulai terbentuk. Sekitar 20 perusahaan di Kamboja terlibat dalam mengimpor dan menjual produk-produk surya.

BIOMASSA

Biomassa di Kambodja berperan penting terutama bagi warga pedesaan. Di samping kayu, ada pula residu pertanian seperti padi, tebu, jagung, limbah ternak, dan kopra. Akan tetapi, jumlah mereka tidak dapat diestimasi. Kambodja bergabung dengan ASEAN, dan memiliki proyek demo 1,5 MW PLTU sekam padi sebagai bahan bakar utama. 

Kambodja menerapkan teknologi RHG (Rice Husk Gasifier) yang berkapasitas 2,5 ton sekam/j, sekaligus menerapkan teknologi WtE (Waste to Energy, via Gasifikasi) di industri penggilingan padi yang menghasilkan gas sintetik (70%) sebagai campuran BB diesel (30%) dalam mesin diesel pabrik penggilingan padi. Kambodja mereplikasi mesin buatan LN itu untuk dibuat secara lokal oleh 5 UKM untuk 120 pabrik penggilingan padi (total 395) di 9 Provinsi. Teknologi ini menghemat bahan bakar diesel 65% (hemat Eur43.200/th; investasi Eur89.500/gasifier; 2.800 ton beras per th, (1 ton gabah menghasilkan 200 kg sekam); 1 mesin menghasilkan ROI 37% dengan Payback Period <3 tahun; limbah sekam menurun 37%/tahun.

PKTI Energy (+Wah Seong Co. Bhd, Malaysia)  meneken kontrak pengadaan 10 MW PLT Biomassa sekam padi (10juta USD) selama 10 tahun, di prov. Battambang bagian Barat Kamboja yang akan beroperasi th 2016 guna memanfaatkan 4 ton sekam/jam dari Baitang Plc (eksportir beras top) yang memproses gabah 20 ton/jam. Satu kg sekam menghasilkan listrik hampir 1 kWh.

Pabrik briket arang (Charbriquette) pertama di Phnom Penh yang terbuat dari limbah biomassa (sabut dan batok kelapa) dibangun (2010) untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar tungku guna mengurangi perusakan hutan yang mulai tampak di Kambodja. Pabrik yang berasal dari usaha patungan Geres dan For a Child's Simle, 2 organisasi Perancis yang aktif mengembangkan komunitas Kambodja, membantu untuk mengurangi kebutuhan kayu dan arang yang biasa dipakai oleh 80% penduduk Kambodja untuk masak-memasak dan mendidihkan air. Iwan Baskoro (Geres) mengatakan bahwa 1.600 ton emisi gas rumah kaca dapat dikurangi per tahun. Lebih dari satu juta rumah tangga menjadi target hingga tahun 2015 yang saat ini baru mencapai 500,000 keluarga. Menurut Geres, penduduk Phnom Penh mengkonsumsi 90.000 ton arang per tahun, sebuah pasar yang bernilai US$ 25 juta.

KAYU

Bahan bakar kayu telah berperan penting bertahun-tahun di Kambodja, tidak hanya di pedesaan, industri tradisional, dan aktivitas komersial, tetapi juga di perkotaan dan aneka industri lainnya. Tungku kayu bakar juga dinaikkan effisiensinya hingga mampu menurunkan konsumsi kayu 50% dibanding tungku tradisional, dan 30% untuk tungku suling gula kelapa 2 pot. 

Ada 3 bentuk bahan bakar kayu, bentuk padat (kayu, chip kayu, serbuk gergaji, pelet, briket, arang), bentuk cair (Cairan hitam / Black Liquor, methanol, Minyak Pirolitik), dan  bentuk gas dari kayu. Dengan kemajuan teknologi yang progresif, bahan bakar kayu yang baru dalam bentuk arang, briket, dendro-thermal power, kayu-alkohol, dan gas kayu telah digunakan untuk membangkitkan panas dan energi. 

BIOGAS

Ada 90 pabrik gas di Kambodja yang seluruhnya menghasilkan listrik untuk pedesaan dan 40 di antaranya untuk UKM (Usaha Kecil dan Menengah). UKM yang menggunakan gasifikasi biomassa adalah, penggilingan padi, pabrik es, listrik pedesaan, pabrik batu bata, pabrik garmen, dan hotel. Teknologi yang digunakan adalah teknologi Ankhur yang berasal dari India, dengan kapasitas sekitar 200 kW dan ada pula fasilitas berkapasitas maksimum 600/2x300 kWe (tahap konstruksi). semua gasifier menggunakan gas dan diesel dengan mode dual fuel yang menggantikan 75% penggunaan diesel sehingga dapat mengurangi impor diesel 74.460 ton per tahun. Bahan umpan gasifikasi adalah sekam padi, bonggol/tongkol jagung, chip kayu, batok kelapa, bagas tebu, kulit kacang, dll.

Pabrik gasifikasi biomassa yang beroperasi adalah: Penggilingan padi Te keang, Kampong Chhnang (2008, 200 kWe, jenis downdraft, diesel, sekam padi, listrik untuk penggilingan padi); PLTG Bat Doeng, Kampong Speu (2008, 200 kWe, jenis downdraft, diesel, sekam padi/chip kayu, listrik pedesaan dengan grid mini); Penggilingan padi Yam Loung, Battambang (2009, 300 kWe, jenis downdraft, diesel, sekam padi, listrik untuk penggilingan padi); Penggilingan padi Yin Pou, Banteay Mean Cham (2008, 200 kWe, jenis downdraft, diesel, sekam padi, listrik untuk penggilingan padi); Pabrik es Teng Sarith, Phnom Penh (2010, 200 kWe, jenis downdraft, diesel, sekam padi, listrik untuk pabrik es); Pabrik es Eap Sophat, Siem Reap (2007, 150 kWe, jenis downdraft, diesel, sekam padi, listrik untuk pabrik es dan dijual).

Gasifikasi biomassa yang sedang dibangun: Penggilingan padi Ley Chhinh, Battambang (2010, 600 kWe, jenis downdraft, 2x300 diesel, sekam padi, listrik untuk penggilingan padi). 

Masih ada 47 gasifikasi biomassa lainnya untuk UKM yang teridentifikasi di Kambodja. Sebenarnya ada sekitar 24.048 penggilingan padi di Kambodja dengan kapasitas produksi beras 4,96 juta ton. Bila 20 liter diesel diperlukan untuk menggiling 1 ton beras, maka konsumsi diesel sekitar 99,3 juta liter dan 277.1987 ton CO2 dilepas ke lingkungan. Bila 75 % diesel dapat diganti oleh gasifikasi biomassa dari sekam padi, maka 74,5 juta liter diesel dapat dihemat dan 208,488 ton gas CO2 dapat dikurangi.

BIODIESEL

Proyek pengembangan biodiesel dari minyak goreng bekas dan minyak dari biji-bijian lokal yang tumbuh liar, dan jarak pagar aktif dipromosikan. Kilang biodiesel dari minyak biji jarak yang pertama di Phnom Penh menghasilkan biodiesel B100 digunakan pada armada kendaraan diesel Kedutaan Inggris dengan hasil yang baik. Adapula kilang biodiesel di Sihanoukville milik organisasi amal PBOC (Planet Biodiesel Outreach Cambodia) di beberapa tempat di Kambodja. PBOC menghasilkan 1.000 liter biodiesel per bulan dan menjualnya ke Phnom Penh dan Sihanoukville untuk menaikkan kotak amalnya. PBOC mempunyai sekolah anak miskin di Kambodja, menyediakan makanan, pakaian, pendidikan, peralatan sekolah dan transportasi secara gratis. Bus sekolahnya juga menggunakan biodiesel 100% yang diproduksi berkelanjutan dari limbah minyak tumbuhan.

ANGIN (PLTB)

Potensi PLTB sekitar 1380MW. Laju angin rata-rata tahunan tercatat (m/detik) di Sihanoukville 5,06; Pursat 1,89; Daratan 2,01; Pesisir 2,65; dan rata-rata tahunan keseluruhan 3 m/detik. Ada juga laju angin yang kuat sekitar 5 m/detik atau lebih di daerah Selatan danau Tonle Sap, daerah pegunungan di Barat Daya dan di daerah pesisir sebelah Selatan, khususnya di Sihanoukville. PLTB di bulan Februari maksimum diperkirakan 150,4 kWh, minimum di bulan September sekitar 60,5 kWh. dan potensinya sekitar 3.665 GWh/tahun. Akibat dari pola angin tak menentu, maka Sistem hibrida/gabungan antara PLTB dan PLTMH/PLTD akan cukup ideal.

PLTB yang pertama diresmikan tgl 20 Jan 2010 dengan investasi US$1,74juta yang didanai bersama oleh Otoritas Pelabuhan Sihanoukville (48%), Pemerintah Belgia (28%), dan Komisi Eropa (24%, via program Asia Pro Eco).

Geotermal (PLTP)

Hanya sebagian kecil aktivitas panas bumi di provinsi Kampong Speu, Kamboja.



Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com



Kamis, 17 Oktober 2019

BAHAN BAKAR DARI SAMPAH KOTA

Sampah kota amat melimpah di negeri ini. Sudah tiba saatnya, para Investor bertugas mengolah sampah kota menjadi bahan bakar seperti syngas (gas sintetik), metanol, Dimetil Eter (DME), solar (HSD), minyak tanah, bensin, dll. yang setiap tahun permintaan BB tsb terus meningkat. Sumber bahan baku sampah selalu ada di kota-kota besar yang diberikan secara cuma-cuma oleh penduduk di negeri ini. Investor DN diminta segera membuat alat dan mengolah sampah yang sudah tersedia.

DME  (apa itu Dimetil Eter?)

DME sebagai aerosol hair spray
Dimetil Eter, CH3OCH3, (metoxksimetan, oksibismetan, eter kayu), berbau lunak, BM 46,07; kandungan oksigen 34,8%; suhu kritis 126,85oC; tekanan kritis 5370kPa; densitas cair @25oC = 656,62kg/m3; densitas cair @20oC = 0,67 g/cc; cetane number 55-60; octane number 13; nilai kalori 6900kcal/kg; tekanan uap @20oC = 516.76kPa; volum spesifik 1493L/ton; batas nyala di udara 3,4-18%v; Bila berada pada suhu di atas -25oC atau di bawah tekanan 5 bar, DME berbentuk gas; LPG sintetik; alternatif diesel ini adalah gas yang bersih, tidak berwarna, larut dalam air, larut dalam semua solven organik yang mudah dicairkan dan diangkut. Sifatnya mirip propan dan butan (LPG) Ia telah lama digunakan dalam industri perawatan pribadi (sebagai propelan aerosol jinak, hair spray, parfurm, deodoran, antiperspiran, spray penghilang nyeri), insektisida, pengganti gas CFC (untuk mesin AC dan refrigerator), dan sekarang digunakan sebagai bahan alternatif LPG, diesel, dan bensin. Akan tetapi, sifat lubrikasinya yang buruk dan viskositasnya yang rendah, DME menyebabkan kerusakan sistem injeksi BB. Kebocoran yang terjadi dari sistem pasok BB mengharuskan DME dicampur dengan BB lain. DME masih dapat dicampur dengan LPG pada komposisi 20% tanpa memodifikasi peralatan. Ia digunakan dalam motor bensin dan turbin gas dengan komposisi 30%DME / 70%LPG.
Kandungan 20.000ppm DME tidak berakibat karsinogenik. 1,4ton metanol dikonversi menjadi 1 ton DME.

Permintaan DME di Indonesia
Di masa depan, DME akan terus dikembangkan menjadi BB (Bahan Bakar) otomotif, pembangkit listrik, dan pemakaian domestik seperti pemanasan dan masak-memasak. DME adalah BB hijau, beragam sumber & pasar terbuka (LPG, Diesel, pembangkit listrik, pembawa hidrogen, bahan baku industri kimia lainnya), teknologi tersedia, dan layak ekonomi.

Indonesia telah berupaya memproduksi DME di dalam negeri seperti
  • Pabrik DME 800ton/hari (268.000 ton/th) dibangun di Cilegon, Banten yang menggunakan bahan baku metanol (Okt 2013)
  • PT Pertamina (saham 20%) bekerjasama dengan sebuah perusahaan minyak swasta, PT Arrtu Mega Energie (AME) (80%) membangun pabrik metanol dari batubara kualitas rendah di Peranap (Riau), dan pabrik DME (dari metanol, Peranap) di Eretan (Jabar) (biaya total US$ 1,9 milyar) dengan kapasitas produksi 1,7juta ton/th.
Akan tetapi, permintaan DME tahun 2015 di Indonesia masih besar, yaitu sekitar 5.000.000 ton/tahun (Gambar di atas), sehingga produksi DN tersebut hanya menutupi pasar domestik 20%. Oleh karena itu, DME masih terus diimpor. Pada tahun 2030, permintaan LPG di DN diduga akan meningkat hingga 11juta ton. Bahkan, kebutuhan DME dunia lebih besar lagi: >200juta ton/tahun. Oleh karena itu, LPG harus disubstitusi oleh DME dan diproduksi di DN.

Seperti halnya LPG, DME adalah berbentuk gas pada suhu dan tekanan normal, tetapi akan berubah menjadi cair ketika diberi tekanan atau didinginkan. Karena DME mudah dicairkan, maka ia mudah diangkut dan disimpan, BioDME (dari biomassa) mengandung oksigen tinggi, tidak mempunyai senyawa sulfur dan tidak beracun, dan zat bakar ultra bersih, maka DME adalah solusi serbaguna dan menjanjikan dalam campuran BB terbarukan dan BB karbon rendah di seluruh dunia.

Harga DME di China tergantung kepada harga metanol (~ 255USD/ton), yaitu sekitar ~370USD/ton (Maret 2016), sedangkan harga LPG sekitar 470USD/ton. Semuanya masih cenderung akan turun untuk bulan-bulan berikutnya.

Pasar terbesar DME di dunia adalah kawasan Asia Pasifik (China, Jepang, Korsel, dan Indonesia) dengan cara mencampur DME dengan LPG. Pemain di kawasan ini adalah Jiutai Energy Group (China), dan China Energy Limited (Singapura).

Sebagian besar DME adalah output dari proses dua langkah, pertama: produksi metanol dengan menggunakan batubara atau gas alam sebagai bahan baku, dan yang kedua adalah dehidrasi metanol untuk menghasilkan DME. Batubara digunakan sebagai bahan baku di negara-negara Asia sementara negara-negara seperti Papua Nugini dan Arab Saudi fokus pada reforming gas alam untuk menghasilkan metanol dan kemudian mengubahnya menjadi DME. Produsen DME utama termasuk Akzo Nobel N.V. (Belanda), Royal Dutch Shell Plc. (Belanda), Chemours Co. (AS), China Energy Ltd (Singapura), Mitsubishi Corp. (Jepang), Ferrostaal GmbH (Jerman), Grillo Werke AG (Jerman), Jiutai Energy Group (Cina), Oberon Fuels (US), dan Zagros Petrochemical Co. (Iran).

Di antara berbagai aplikasi DME, blending LPG merupakan pasar terbesar untuk DME. Kelangkaan LPG merupakan keprihatinan besar di negara-negara yang kekurangan cadangan gas, karena mereka memiliki pilihan yang sangat terbatas untuk menggantikan LPG dengan gas alam. DME telah muncul sebagai sumber BB untuk negara-negara tersebut guna meminimalkan impor LPG dengan cara memadukan  DME ke LPG tanpa ada perubahan dalam infrastruktur. 

Bagaimana DME dibuat?

DME dapat diproduksi dari aneka sumber bahan yang melimpah, seperti gas alam, batubara, limbah kertas dan pabrik kertas, kayu hasil hutan, produk samping pertanian, limbah / sampah kota, tumbuhan alang-alang lainnya yang dikonversi menjadi gas sintetik (syngas) dengan 2 cara, langsung dan tidak langsung (via metanol).

Reaksi langsung:

Metode JFE:                  3CO + 3H2 >>> H3COCH3 + CO2 (eksotermik)

Metode Topsoe & APCI: 2CO + 4H2  >>> H3COCH3 + H2O (eksotermik)

Reaksi tidak langsung: 

Rumus Kimia LPG, Metanol menjadi DME & Air
Di dunia saat ini DME diproduksi terutama dilakukan dengan bantuan proses dehidrasi katalitik metanol (katalis zeolit atau gamma-Al2O3) tetapi juga diproduksi langsung dari gas sintetik (syngas) (paling efisien) yang dihasilkan dari proses gasifikasi batubara atau biomassa (sampah kota), atau melalui reforming gas alam. Harga batubara Rp.400,-/kg (th 2012), dan perlu 3kg batubara (Rp.1200,-) untuk mengkonversinya menjadi DME (Rp.8.000,-/kg). Tahun 2016, harga batubara muda USD25/ton dan DME USD370/ton.
  • Produsen DME mayoritas di China, fasilitas di Jepang (Mitsubishi Gas Chemical, Itochu, dan Japan Petroleum Exploration Co.(JPE) 100.000 ton/th. JGC membangun pabrik baru yang ditangani oleh Mitsubishi Gas Chemical yang memproses langsung syngas menjadi DME.
  • Fasilitas yang masih dibangun berada di Trinidad, & Tobago, Amerika Utara, Indonesia, dan Uzbekistan. Bio-DME di dunia pertama kali berasal dari Swedia (untuk kendaraan bermotor)
  • Korea Gas Corp (Kogas) mensintesa gas alam, batubara, dan biomassa menjadi syngas, kemudian langsung diubah menjadi DME sebagai BB untuk memasak. Langkah selanjutnya, DME digunakan sebagai BB alternatif pada truk dan bus. Mobil buatan Hyundai Elantra Hybrid akan menggunakan DME sebagai BB alternatif.

BioDME dari sampah
Banyaknya sampah di Indonesia yang tidak tertangani mendorong beberapa pengusaha untuk mengubah sampah menjadi bio-DME via gas sintetik. Syngas yang diperoleh diubah menjadi bio-DME dengan bermitra dengan perusahaan lain. Makin banyak kandungan plastik dalam sampah makin banyak bio-DME yang diperoleh.

Fasilitas Gasifikasi Chemrec
Proyek Bio-DME dari biomassa lignoselulose skala industri pertama kali di dunia didemonstrasikan oleh konsorsium dari Chemrec, Haldor Topsoe, Volvo, Preem, Total, Delphi, dan ETC. Proyek itu didukung oleh Swedish Energy Agency dan Kerangka Program EU ketujuh. DME dibuat dari lindi hitam (limbah pabrik kertas) melalui gas sintetik bersih. Bio-DME yang diperoleh diuji-coba pada 14 kendaraan truk Volvo.

Truk Volvo berBB Bio-DME
Feb 2013 perusahaan induk milik LTU (Lulea University of Technology) mengambil alih Chemrec dan pabrik gasifikasinya. Sejak itu LTU bermitra dengan Chemrec dan Perusahaan Denmark Haldor Topso (kampiun proses katalitik dunia).




Gas Sintetik (Syngas) menjadi DME
DME dapat langsung diproduksi dari gas sintetik dalam reaktor fixed bed menggunakan katalis Cu-Zn-gamma-Al2O3. Konversi CO 70% dan DME diperoleh 80%.

Biogas menjadi DME
Oberon dari AS mengembangkan metan dan CO2 menjadi DME (3.000-10.000 gallon/hari) via biogas dari kotoran binatang, sisa makanan, limbah pertanian, dan gas alam menggunakan proses Oberon. 

Biogas menjadi Metanol
Beberapa prarancangan pembuatan metanol dari biogas telah banyak pula dilakukan mahasiswa DN. Biogas  terdiri atas CH4 (metan) (65%), CO2 (30,3%), CO (0,2%), Nitrogen (N2, 2%), Hidrogen (H2, 2%), H2S (0,5%), Oksigen (O2, jejak-jejak)

Salah satu produk biogas berasal dari POME limbah cair kelapa sawit, 600kg POME menghasilkan 20m3 biogas; 1m3 biogas = 0,0446 kmol; 1 kmol biogas menghasilkan ~0,58 kmol metanol. Metanol dibuat dari biogas dan uap berdasarkan reaksi Hidrogenasi CO Tekanan Rendah. Reaksi fasa gas-gas irreversible, eksotermik dalam reaktor fixed bed multi tube berlangsung pada suhu 300 oC dan tekanan 49,5 atm dengan bantuan katalis CuO dan ZnO. Konversi CO sebesar 96,3%. 

Bila biogas berasal dari kotoran sapi (kotsa); diasumsi produksi kotsa 12kg/hari.ekor. 1 kg kotsa ~0,0125m3 biogas; 1 m3 biogas ~ 0,65m3 metan (CH4); 100kg metanol (CH3OH) membutuhkan 56,5 kg CH4. Contoh: 150.000 m3 biogas/hari yang setara dengan ~ 97.500 m3 CH4/hari menghasilkan metanol 62.123 ton/th.

Metanol menjadi DME

Proses DME konvensional (kiri), alternatif DWC (kanan)
Semula metanol dihasilkan dari gas sintetik (CO & H2) dengan katalis CuO, kemudian metanol didehidrasi menjadi DME (dimetil eter) dengan katalis gamma-Al2O3 atau Zeolit, pada tekanan 12 atm, dan katalis Al2O3-SiO2, dalam reaktor fixed bed adiabatis (RX) pada suhu 260oC. Kemudian didistilasi, (DC1) hasil atas, DME (99,9%berat, disimpan), hasil bawah, metanol (80%) dan air didistilasi-ulang (DC2) dalam kolom distilasi selanjutnya guna memisahkan metanol dan air. Metanol yang tidak bereaksi dikembalikan ke reaktor. Solusi inovatif untuk menurunkan energi distliasi (hemat 30%) adalah dengan cara menggunakan teknologi DWC (Dividing Wall Column).

Sementara, perusahaan China Energy dari Singapura membuat terobosan membuat DME dari metanol hanya pada suhu rendah 130 oC dan tekanan rendah dengan menggunakan katalis fase cair berupa senyawa asam yang dipatenkan, sehingga modal awal dan spesifikasi alat dapat lebih rendah bila dibandingkan dengan fasilitas pembuatan DME konvensional.

Gasifikasi Batubara Muda Menjadi DME
Konsumsi LPG nasional sekitar 6,7juta ton, dan sebagian besar (5juta ton) diimpor dari LN. Perusahaan tambang batubara harus mengubah batubara menjadi syngas via teknologi gasifikasi, dan selanjutnya diubah menjadi DME. Kementerian ESDM siap memberikan ijin jika ada investor berminat meningkatkan nilai tambah batubara kalori rendah. Industri yang melakukan itu berada di Bontang dan Sumatera Selatan (PT Bukit Asam).
Proyek Gas alam Masela (operator: Inpex Corporation dari Jepang 65% dan shell 35%, memproduksi gas tahun 2026) akan disiapkan untuk memproduksi pupuk, Metanol, dan DME, sehingga Pre-FEED (Pre Front End Engineering Design) dapat segera diselesaikan.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama mitranya (Pertamina, Pupuk Indonesia, dan Chandra Asri Petrochemical) akan membangun pabrik gas sintetik dari batubara muda dengan dana USD1-1,5miliar menjadi DME (400ribu ton/th), yang selanjutnya akan diubah menjadi BB, Urea (pupuk, 500ribu ton/th), dan polipropilen (bahan baku plastik, 450ribu ton/th). PT Pertamina, PT Pupuk Indonesia, dan PT Chandra Asri akan jadi off-taker. Kebutuhan batubara muda sekitar 9juta ton/th termasuk PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 (satu lokasi dengan pabrik gasifikasi batubara). COD sekitar th 2022.

BENSIN, MINYAK TANAH, DIESEL/SOLAR, MINYAK BAKAR, DLL.
  
Sampah kota juga dapat diubah menjadi produk BB seperti bensin, minyak tanah, diesel/solar, minyak bakar, dll. via teknologi autoklaf (mensterilisasi limbah, hilangkan bau, dengan uap 300 oF, diaduk dan dirotasi), diubah menjadi uap diesel sintetik dan katalis, dan kolom distilasi. Perusahaan yang mampu untuk itu adalah Green Power Inc. menggunakan proses yang disebut CDP (mensimulasi proses pembentukan minyak mentah dengan katalist khusus dan reaktor bertekanan). Langkah itu dapat mengurangi impor BB fosil. Proses itu sekaligus tidak menghasilkan dioksin dan furan, sehingga BB yang diperoleh lebih bersih dari BB fosil alam, tidak perlu TPA, target tanpa limbah, tidak ada BB fosil alami yang digunakan, ramah lingkungan, dan menciptakan lapangan kerja, Proses ini dapat melayani aneka jenis limbah (pemukiman, bisnis, industri, sampah kota, limbah binatang, di TPA, dll.). Efisiensi overall: 80%. 

Perusahaan Jerman Alphakat GmbH, (percobaan awal di Eppendorf), juga mengubah sampah (termasuk batubara muda, limbah plastik, tumbuhan/kayu/biomassa, ban bekas, oli bekas, dll) menjadi solar/HSD kualitas tinggi (cetane number >58, siap dipakai pada mobil, truk, mesin, genset,  lokomotif/ kereta api, kapal, helikopter, pesawat terbang, dll) menggunakan teknologi yang disebut proses KDV (Katalytische Drucklose VerolungCatalytic Pressureless Depolymerization (Karbon tidak terjadi, kalau pirolisis, karbon terbentuk) yang ditemukan oleh Dr. Christian Koch. Katalis berupa aluminium silikat/bentonite (5-20%), proses terjadi pada suhu 280-320 oC, pH 9, laju konversi 65-85%, berlangsung hanya beberapa menit). Solar yang diperoleh memenuhi persyaratan EN590. Instalasi tidak memerlukan cerobong, tidak ada obor gas / polusi panas / metan / CO2 / Dioxine/Furan, operasi murah, dan efisiensi tinggi (95%). 
Peralatan kunci dari proses ini adalah alat yang dinamakan “Mixing Turbine” yang berfungsi sebagai reaktor/ gunting/ pencacah yang menghasilkan panas internal, dimana biomassa (+90%)  dicampur dengan batubara (+ 10%) dan kapur (+ 1%, tergantung kadar sulphur), yang disuspensikan dalam minyak panas. Proses pengadukan ini berlangsung sekitar 3 menit, dengan panas internal maksimum 320oC diperoleh dari hasil friksi bilah turbin yang berputar kencang 1500 rpm dengan fluida dan padatan. Produk samping berupa bitumen, dan air. Teknologi ini berhasil memproduksi gas Hidrogen secara internal (kandungan hidrogen dalam biomassa sekitar 20%), sehingga cetane number bisa dipertahankan tinggi >58 (olefin yang berada dalam plastik/minyak/oli bekas/karet/bitumen diubah jadi alkana).
Reaksi: 1) C6H11O5 = 2,5CO2 + 3,5(CH2)n + 4 H;
            2) C6H12O6 = 3.0CO2 + 3.0(CH2)n + 6 H.
Beberapa negara (Canada, Mexico, Italia, Spanyol, Bulgaria, Mongolia, Jerman/12 unit, Finland, USA/122 unit, Polandia/2 unit, dll) sudah menggunakan teknologi ini.
Ukuran fasilitas (modular): 150, 500 (25x25x10m), 1000, 2000 (50x50x30m), 2500, 5000 (100x100x30m), 10.000, 15.000, dan 20.000 liter/jam, yang beroperasi 8000jam/tahun, tergantung pada jumlah limbah. Saat ini juga direncanakan membuat kilang dengan kapasitas 50.000liter/jam solar/HSD.

BAHAN BAKAR dari LIMBAH PLASTIK

Peralatan pirolisis (dilengkapi alat distilasi) yang dapat mengubah sampah plastik (dari sampah kota) jadi BBM (bensin, minyak tanah, solar, dll) dibuat oleh para praktisi (Muryani, dll) di dalam negeri, sekaligus menjual produk BBM-nya ke pelanggan rutinnya.

Contoh Perusahaan yang mengubah limbah plastik menjadi BB petroleum via proses pirolisis kontinyu dengan efisiensi 90% adalah Ventana Cleatech. Contoh Perusahaan lainnya: Aeston (pabrik pirolisis plastik oleh mesin Beston); Jinbiao; Recycle Energy Co, Ltd., dll.

BAHAN BAKAR dari LIMBAH BAN BEKAS

Contoh perusahaan yang mengolah ban bekas menjadi bahan bakar menggunakan teknologi pirolisis adalah: 50 ton ban/hari Innovative Recycling (PTY) Ltd.; Beston machinery (minyak, karbon, dan kawat baja); Huayin Group (di Meksiko); Divya International; Shangqiu Jinyuan Machinery, SGI, dll..



ditulis oleh : Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com