Pages

Selasa, 06 Maret 2018

Kondisi EBT di SAUDI ARABIA / Renewable Energy in Saudi Arabia

Kerajaan Arab Saudi beriklim gurun dengan wilayah sebagian besar terdiri atas gurun pasir (sahara) dan yang terbesar adalah di Rub Al Khali. Negara ini terkenal sebagai negara kelahiran nabi Muhammad SAW dan berkembangnya agama Islam. Negara kaya minyak ini memainkan peran negara di luar dan dalam negeri. Pertanian berupa kebun kurma dan gandum, dan peternakan yang menghasilkan daging, susu dan olahannya. Perindustrian bertumpu pada sektor minyak bumi dan petrokimia. Sumber air berasal dari oase dan industri salinasi air laut di kota Jubail.
 
Meski cadangan minyak Saudi masih jauh dari menipis (hingga 80 tahun ke depan), pemerintah telah memutuskan untuk menekankan program EBT-nya dan memanfaatkan energi alternatif seperti Tenaga Angin, Radiasi Surya, dan Nuklir.

Langkah itu dipandang strategis, karena diperkirakan kebutuhan minyak akan meningkat hingga 8 juta barrel/hari (th 2028) yang mendekati produksi hariannya dibandingkan saat ini yang hanya sekitar 3,2 juta barrel/hari. Guna menjaga kemampuan ekspor minyak Saudi, maka EBT harus berperan penting di masa depan. Negara penguasa teknologi di bidang energi seperti Korea, Inggris, Amerika, Jepang, dan Perancis (termasuk Grup Areva Perancis pemain di bidang industri nuklir) pernah berkonsultasi dengan Saudi. Grup Areva telah menandatangani perjanjian kerjasama dg Grup Bin Laden Saudi di bidang energi Surya dan nuklir. Saudi juga menandatangani perjanjian kerjasama di bidang teknologi nuklir sipil dengan USA (tahun 2008), Perancis dan Rusia.

Pertumbuhan listrik Saudi 10% per tahun, dan untuk 25 tahun ke depan diperkirakan US$117miliar diinvestasikan ke sektor energi. Energi listrik telah memasok energi 80% ke penduduk yang tinggal di perkotaan dan pusat industri melalui sistem jaringan listrik nasional. Akan tetapi, hal itu akan menjadi tidak ekonomis bila jaringan tersebut dilebarkan ke daerah yang jarang penduduknya. Oleh karena itu, beberapa komunitas / masyarakat terpencil diatur sedemikian rupa agar memiliki jaringan dan sumber listrik tersendiri yang diharapkan berasal dari sumber EBT guna memasok listrik 20% kebutuhan nasional. Penggunaan energi terbarukan (angin dan surya) tidak hanya untuk memenuhi permintaan listrik di daerah terpencil tetapi juga ikut mengkontribusi jaringan listrik nasional pada beban puncak di musim panas.

Saat ini kebutuhan listrik Saudi yang sebagian besar berasal dari fosil dan gas alam diprediksi akan meningkat 75 GW (2018) hingga 120 GW pada tahun 2032. Guna mencapai itu, Saudi akan mengembangkan 23,9 GW (th 2020) dan 54,1 GW (41 GW dari PLTS, dan 13,1 MW dari PLTB, PLTP, dan PLT Limbah) (th 2032) agar menjadi produsen ET terbesar di dunia. Saudi menginvestasikan USD109miliar hingga th 2040.

SURYA (PLTS)

Radiasi Surya amat melimpah di Saudi yang diperkirakan sekitar 2200 kWh/m2. Potensi teknis surya di Saudi: 115.000 TWh/tahun atau 13,12 TW atau 4,5 kali perkiraan permintaan energi global pada 2020. Matahari bersinar sekitar 3.000 jam per tahun. Saudi Aramco memperkirakan bahwa biaya produksi surya 0,1 USD/kWh dalam kurun waktu 2010-2020 di GCC, yang lebih murah dibandingkan PLTDiesel, dan setingkat dengan PLTG.

Data radiasi surya tersedia di MEPA (Meteorology and Environment Protection Administration), Saudi Aramco, dan KFUPM (King Fahd University of Petroleum and Minerals). Atlas radiasi surya ternyata tidak mencakup seluruh Saudi yang proyek litbangnya diawali oleh ERI dan NREL. ERI melakukan kerjasama dengan SOLERAS (AS) dan HYSOLAR (Jerman). Proyek itu menghasilkan 12 lokasi terpilih (Riyadh, Gassim, Al-Ahsa, Al-Jouf, Tabuk, Madinah, Jeddah, Qaisumah, Wadi Al Dawasir, Sharurah, Abha, dan Gizan). Atap Kampus dipasang PLTS 2MW yang terdiri atas 1 MW di laboratorium Utara dan di Selatan Kampus.

Tenaga surya (PLTS) di Saudi dimanfaatkan untuk disalinasi air laut, pertanian, sistem pendingin, penerangan, pengeringan tanaman/buah-buahan, pompa irigasi, stasiun meteorologi, lampu jalan & terowongan, lalu-lintas, tanda instruksi jalan, dan pemakaian lain di pedesaan. Pemanfaatan PLTS dikembangkan oleh KACST pada tahun 1977. Kendati pengembangan surya telah dimulai sejak tahun 1960, penggunaannya masih kurang efektif karena beberapa hambatan seperti:
  • Masih banyaknya penggunaan BBM, sebagai akibat dari sumber energi yang melimpah dan murah;
  • Efek debu pasir, di beberapa bagian di Saudi terjadi pengurangan penggunaan PLTS sekitar 10-20%;
  • Adanya subsidi pemerintah terhadap penggunaan BBM untuk pembangkit listrik, dan tidak ada subsidi untuk program energi surya. Program insentif diperlukan untuk energi surya. 
PLTS yang sudah dan sedang dibangun:
  • Pulau Farasan dibangun PLTS 500kW oleh SEC (Saudi Electricity Company) yang berkolaborasi dengan Showa Shell yang memiliki proyek hingga 15 tahun, kemudian diserahkan kepada SEC.
  • First Solar Inc. & Al Watania Agriculture Co. menyelesaikan proyek pilot penggunaan PLTS 684 kW (modul thin film) untuk irigasi di pertanian (produk organik) yang besar di Saudi (Feb 2016) guna memompa air dari 150 sumur bur.
  • Taqnia Energy (membangun, memiliki, mengoperasikan selama 25th), KACST (memasok modul PV lokal), dan SEC (membeli listrik >5 sen$/kWh, dan menyediakan lahan) meneken MoU (Juli 2015) membangun PLTS 50MW. 
  • Guna mengantisipasi permintaan energi selama 10 tahun ke depan yang akan meningkat 50%, Saudi Arabia membangun PLTS dengan kapasitas 5 GW selama 9 tahun yang akan beroperasi nanti pada tahun 2020 bekerjasama dengan perusahaan Jerman. Proyek itu bernilai US$100miliar.
    PLTS di atap tempat parkir Saudi Aramco.
  • PLTS Belectric yang dikenal dengan PLTS murah tapi berkinerja tinggi membangun 4500 parkir mobil seluas 16-18 Ha menggunakan PLTS 10 MW yang juga memberikan listrik ke jaringan publik akhir tahun 2011 di parkir Utara Saudi Aramco, Dhahran. Belectric bekerjasama dengan Sun & Life, perusahaan lokal Saudi, anak perusahaan ACWA Holding. Sementara Solar Frontier K.K. (Tokyo, Jepang), anak perusahaan Showa Shell Sekiyu K.K., memasok dan memasang 120.000 modul fotovoltaik CIS (Copper Indium Selenide) pada proyek parkir mobil tersebut.
  • PLTS di Riyadh dirancang dan didirikan oleh AEE INTEC dan perusahaan Austria GREENoneTEC dengan harga 4,72 juta USD dengan gelas surya khusus dan sistem pemasangan yang tahan badai pasir. PLTS itu memuat 36 ribu m2 panel surya.
  • Pada tahun 2012, Saudi (KACST) membangun Pabrik desalinasi air laut berenergi surya terbesar di dunia di kota Al-Khafji. Proyek tsb memasok air bersih 30.000 m3/hari dg teknologi membran dan teknologi fotovoltaik ultra yg paling maju.
  • Phoenix Solar LLC anak perusahaan Phoenix Solar AG berkedudukan di Sulzemoos dekat Munich, Jerman, membangun taman PLTS 3,5 MW untuk Saudi Aramco (the Saudi Arabian Oil Company) di dekat Riyadh (ibukota Saudi) di KAPSARC (the King Abdullah Petroleum Studies and Research Center) Pusat Penelitian dan Studi Minyak King Abdullah. Saudi Aramco sudah mengkomisioningnya, guna membangun fasilitas Uji lapangan aneka modul dengan maksud mencari modul terbaik yang nanti akan dipasang di PLTS di kantor pusat Saudi Aramco di Dhahran. Phoenix Solar bekerjasama dengan Naizak Global Engineering Systems, Perusahaan lokal Saudi yang merancang dan membangun jaringan listrik nasional sistem PV surya. Proyek tsb beroperasi Sept 2011, dan PLTS tersebut sebagai bagian dari sistem pasok air dan pusat listrik.
  • Proyek yang pernah dilaksanakan oleh ERI, KACST adalah: sistem PV 350 kW (2155 MWh) (lokasi: desa surya, 1981-87, listrik AC/DC untuk daerah terpencil); Pabrik produksi hidrogen PV 350 kW (1,6 MWh) (desa surya, 1987-93, pabrik demo untuk produksi hidrogen); Pendingin surya (Saudi, 1981-87, pengembangan lab pendingin surya); Pembangkit hidrogen surya 1 kW (desa surya, 1989-93, pengukuran dan uji produksi hidrogen skala lab); Hidrogen surya 2 kW (50 kWh) (KAU, Jeddah, 1986-91, uji aneka bahan elektrode untuk pabrik hidrogen surya); Sistem uji PV 3 kW ( desa surya, 1987-90, demo efek cuaca); Sistem PV 4 kW (kawasan Selatan Saudi, 1996, listrik AC/DC untuk daerah terpencil); Sistem surya untuk desalinasi air laut PV 6 kW (desa surya, 1996-98, koneksi jaringan PV); Desalinasi air laut PV (0,6 m3/jam) (desa Sadous, 1994-99, antarmuka PV/RO); Desalinasi air laut surya-thermal (desa surya, 1996-97, distilasi surya air laut); PV di pertanian (4 kWh) Muzahmia, 1996, AC/DC terkoneksi ke jaringan); Kinerja PV jangka panjang (3 kW) (desa surya, sejak 1990, evaluasi kinerja); Pengembangan Sel Tunam (100-1000 W) (desa surya, 1993-2000, pemanfaatan hidrogen); mesin pembakaran Internal (ICE) (desa surya, 1993-95, pemanfaatan hidrogen); Pengukuran radiasi surya (12 stasiun, 1994-2000, atlas surya Saudi); Pengukuran energi angin (5 stasiun, 1994-2000, atlas surya Saudi); Pengering surya (Al-Hassa, Qatif, 1988-93, pengering makanan/kurma, sayur mayur, dll); Dua piring surya-thermal (50 kW) (desa surya, 1986-94, mesin stirling surya maju); Manajemen energi di bangunan (Dammam, 1988-93, konservasi energi); Pengembangan kolektor surya (desa surya, 1993-97, domestik, industri, pertanian); Pendingin surya (desa surya, 1999-2000, pemakaian di gurun). 

ANGIN (PLTB)

Kelayakan secara ekonomi dan teknis untuk tenaga angin belum sepenuhnya digali. Beberapa studi menunjukkan bahwa potensi angin berada di teluk Arab (laju angin sekitar 3,9-6,1 m/detik) dan pesisir Laut Merah (laju angin sekitar 4,4-5,3 m/detik). Data laju angin tersedia di MEPA (Meteorology and Environment Protection Administration), Saudi Aramco, dan KFUPM (King Fahd University of Petroleum and Minerals). Tahun 1995, ERI (Energy Research Institute) di KACST (King Abdul-Aziz City for Science and Technology) memulai proyek tersebut guna mencari data potensi angin di Saudi Arabia, dan menemukan 5 lokasi terpilih (Abha, Arar, Dhahran, Desa Surya, dan Yanbu) untuk tahap pengembangan awal proyek. Data monitoring dan peralatan penilaian telah terpasang dan data telah terkumpul. Daerah yang cocok untuk PLTB berlokasi di sepanjang Teluk Arab (laju angin: 3,9-6,1 m/detik) dan pesisir Laut Merah (4,44-5,28 m/detik).

SISTEM ENERGI HIBRIDA

Variasi sumber energi yang ada dan penggunaan energi yang tepat sasaran kadangkala membatasi penggunaan energi terbarukan tunggal pada lokasi tertentu. Guna mengatasi itu, dipakailah sistem Hibrida, yaitu menggunakan 2, 3, atau bahkan 4 sumber energi potensial. Sistem hibrida normalnya hanya mencakup 2 sumber energi yang salah satunya genset diesel. Penggunaan sistem energi listrik di pedesaan berupa kombinasi antara sistem angin, surya atau hibrida (surya dan angin) di samping diesel dan ekstensi jaringan listrik. Pemilihan itu tergantung kepada energi yang ada, kinerja sistem konversi, beban, modal dan ongkos operasi. Persyaratan perawatan dan tersedianya suku cadang juga menjadi pertimbangan. 

Contoh: laju angin rata-rata bulanan di Dhahran berkisar antara 4,21 - 6,97 m/detik dan radiasi solar rata-rata bulanan berkisar antara 3,61 - 7,96 kWh/m2. Sistem hibrida pada 20 rumah (2 kamar tidur) terdiri atas 2 sistem konversi, yaitu energi angin 10 kW dan 120 m2 panel fotovoltaik yang dilengkapi dengan satu sistem baterai simpan energi dan satu diesel genset sebagai cadangan.
Studi kelayakan sistem hibrida di Rafha dekat Desa Rawdhat Bin Habbas (RBH) telah dilakukan menggunakan gabungan antara genset diesel dengan panel surya dengan kebutuhan listrik tahunan 15.943 MWh (1,82 MW). Sistem hibrida terdiri atas satu PLTS berkapasitas 2,5 MWp PV (fotovoltaik, efisiensi 27%), satu PLTD 4,5 MW (3 unit 1,5 MW), dan satu baterai simpan.

NUKLIR

Presiden China Xi Jinping dan Raja King Salman bin Abdulaziz meneken salah satu dari 14 MoU, yaitu tentang konstruksi reaktor nuklir temperatur tinggi (Teknologi HTGR) Gen IV (yang dikembangkan oleh CNEC & Tsinghua Univ.) pada bulan Januari 2016 lalu.

Saudi berencana mempunyai 16 PLTN komersial sekitar 2030 mendatang dengan biaya > US$80miliar (300miliar Real Saudi). Proses prakualifikasi akan berlangsung April-Mei 2018

Dua tapak potensial untuk PLTN pertama telah dikaji (th 2011 dan 2012) mengikuti petunjuk IAEA dan NRC, yaitu Umm Huwayd dan Khor Duweihin yang berada di sekitar pesisir dekat perbatasan UEA dan Qatar. Semula ada 17 tapak potensial teridentifikasi, 9 tapak dekat pesisir Laut Merah, 6 tapak di sekitar teluk Arab, dan 2 tapak jauh di pedalaman.

RFI (Request for Information) dari para pemasok internasional (Westinghouse AS, EDF Perancis, dan Rosatom Rusia) telah diterima KA-Care (Badan Program Tenaga Nuklir Pemerintah) sebagai langkah awal kompetisi tender formal. Pemenangnya akan diumumkan th 2019. Persyaratan dari 5 negara (China, Rusia, Korsel, Perancis, Amerika) sedang dievaluasi. Komisioning PLTN pertama (2 reaktor) diharapkan th 2027 dengan daya sekitar 3,2 GW. Kemudian, setiap tahun direncanakan 2 PLTN beroperasi hingga 16 PLTN (17,6 GW) pada tahun 2032.

Di samping itu, Riyadh juga melirik PLTN kapasitas kecil, melalui fasilitas SMART (System-integrated Modular Advanced Reactor). KA-Care meneken MoU dengan Korsel November 2016 untuk mengembangkan 2 Reaktor SMART yang masing-masing berkapasitas 100MW dalam 4 tahun ke depan.

Program penambangan uranium juga diselidiki guna memproduksi bahan bakar PLTN dan pengembangan kedokteran nuklir.


Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com

Kondisi EBT di BURMA (MYANMAR) / Renewable Energy in Myanmar

Penggunaan energi utama di Myanmar bergantung kepada energi tradisional, yaitu kayu-bakar, arang, dan biomassa. Myanmar memiliki sumber EBT melimpah seperti Tenaga Air (di bagian Utara), Angin, Surya, Panas Bumi, biomassa, dan jenis lain (batubara). Tenaga air dan biomassa menyokong 67% konsumsi energi total. Biomassa yang biasa digunakan adalah kayu-bakar, arang, limbah pertanian dan kotoran binatang.

Rencana energi th 2030 berupa PLTU batubara 7.940MW (33% dari kapasitas terpasang 23.594MW), PLTA 38% (8.896MW), gas 20% (4.725MW), dan ET lainnya 9% (2.000MW) [Jan 2016: hanya ada 2 PLTU, yaitu di Shan State 120MW dan Tanintharyi 8MW, PLTA 69%, dan gas 29% terhadap kapasitas terpasang]. Hanya 33% penduduk Myanmar punya akses ke listrik, artinya sekitar 7,34juta (dari 10,88juta) belum teraliri listrik. Th 2030 diharapkan 100% penduduk terlistriki. MoU telah diteken dengan beberapa Firma untuk membangun 3 PLTS (550MW), 3 PLTB (2.380MW), dan satu PLTP (200MW).

Myanmar menerapkan sistem ekonomi baru berdasarkan ekonomi pasar guna meliberalisasikan perdagangan dan membuka kesempatan pendanaan oleh sektor swasta dengan cara mengundangkan Badan Penanaman Modal Asing dan prosedurnya pada tahun 1988. Akibat dari kebijakan ekonomi tersebut, pertumbuhan permintaan energi tumbuh amat pesat hingga 2003-2004, dan kemudian naik bertahap pada satu digit.
Kebijakan di sektor energi pada abad 21 adalah:
1) Mempertahankan kemandirian energi, 2) Pemanfaatan PLTA sebagai salah satu sumber vital kecukupan energi, 3) Memproduksi dan mendistribusi listrik lebih banyak guna pengembangan ekonomi, 4) Menghemat sumber non EBT uintuk kecukupan energi masa depan, 5) Mempromosikan penggunaan energi yang efisien dan melakukan konservasi energi, 6) Mencegah penggundulan hutan yang disebabkan oleh penggunaan kayu-bakar dan arang berlebihan.

AIR (PLTA)

Setidaknya ada 150 Dam (untuk PLTA dan irigasi saja) di Burma. Potensi PLTA di Burma: 100 GW (dari 4 sungai besar: Ayeyarwaddy, Thanlwin, Chindwin, dan Sittaung), dan terindikasi: 39 GW. MEPE (Myanmar Electric Power Enterprise) di bawah Kementerian Tenaga Listrik telah mengidentifikasi potensi PLTA yang terletak di 12 Negara Bagian (NB) dan 267 lokasi seperti NB Kachin (jumlah 39, daya 2.061 MW); NB Kayah (ada 7, 3.909 MW); NB Kajin (ada 21, 17.021 MW); NB Chin (ada 22, 1.312 MW); NB Sagaing (ada 21, 2.399 MW); Daerah Tanintharyi (ada 14, 692 MW); Daerah Bago (ada 11, 387 MW); Daerah Magwe (ada 8, 123 MW); Daerah Mandalay (ada 17, 3.482 MW); NB Mon (ada 10, 292 MW); NB Rakhine (ada 14, 247 MW); NB Shan (ada 83, 7,699 MW).

Kapasitas terpasang total (2010) setidaknya 3.048,5 MW atau sekitar 7,8% dari potensi yang ada, di antaranya adalah PLTA Shweli I 600 MW (2008, di NB Shan, dekat desa Man Tat); Zawgyi I 18 MW (1997, Shan, Kota Yaksauk); Zawgyi II 12 MW (1998, Shan); Yeywa 790 MW (2010); Dapein I 168 MW (2005); Dapein II 240 MW (2006); Paunglaung Hulu 140 MW (2009); Paunglaung Hilir 280 MW (2005); Zaungtu I 20 MW (2000, daerah Bago); Baluchaung 48 MW (1960, 1992 rehab, Karenni); Sedawgyi 25 MW (1989, Mogok, daerah Mandalay); Mogok 4 MW (daerah Mandalay); Zawgyt 18 MW (Shan); Hopin 1,26 MW; Kinda 56 MW (1985, daerah Mandalay, kota Thazi); Baluchaung I 28 MW (Kayah); Ching Hkran 2,52 MW (Kachin); Nam Wop 3 MW (Shan); Nammyao / Lashio 4 MW (shan); Zi Chaung 1,26 MW (daerah Sagaing); Nam Hkam Hka / Mogaung 5 MW (Kachin); Nam Suang Ngaung / Kyaukme 4 MW (Shan); Thapanseik 30 MW (2002, daerah Sagaing); Paung Laung 280 MW (2004); Lawpita 192 MW (1992, Kayah); Monechaung 75 MW (2004).

PLTA yang akan dibangun: Myitsone 3.600 MW (2017); Chibwe 2.000 MW; Pashe 1.600 MW; Lakin 1.400 MW; Phizzaw 1.500 MW; Kuanglanphu 1.700 MW; Laiza 1.560 MW; Chibwe Creek 99 MW; Shwe Kyin 75 MW; Tarpein I 240 MW; Tarpein II 168 MW; Nam Myaw 4 MW; Shweli II 460 MW; Shweli III 360 MW; Thanlwin-Kunlong Hulu 2.400 MW; Mepan / Meipan 1,26 MW; TaSang 7.110 MW (2022); Kengtawng 54 MW; Kyaukme 4 MW; Dattawgyaing 36 MW; Kyeeon Kyeewa 75 MW; Buywa 60 MW; Nancho 40 MW; Paung Laung 280 MW; Thaukyegat I 150 MW (Kayin); Thaukyegat II 120 MW (Kayin): Kapaung 30 MW; Kunchaung 60 MW; Yenwe 25 MW; Kyauk Naga 75 MW; Hat Gyi 1.200 MW; Dagwin 792 MW; Tamanthi 1.200 MW: Weigyi 4.540 MW; Mobye 168 MW; Datawcha 28 MW; Tha Htay Chaung 111 MW (kota Thandwe); Ann Chaung 10 MW (kota Aan); Sai Din 76,5 MW (2014, Buthidaung); Laymro 500 MW; Shwesayay 600 MW; Taninthayi 600 MW; Htamanthi 1.200 MW; Nam Kok 42, 100 to 150 MW; Bilin 280 MW (Mon); Phyu 65 MW (daerah Bago); Bawgata 160 MW (Kayin).
  • Perusahaan China meneken 18 proyek PLTA dengan pemerintah Myanmar sebagian ditempatkan di sungai Thanlwin.
  • Tujuh PLTA berada di sungai Salween, salah-satunya adalah TaSang, proyek PLTA terbesar (7,1 GW) yang dikelola oleh CGGC (China Gezhouba Group Co.). Sementara, SinoHydro menandatangani MoU dengan pemerintah Burma dengan dana US$1miliar (Thai 50%, China 40%, dan Burma 10%) guna membangun PLTA Hat Gyi 1.200 MW sepanjang perbatasan Thai tahun 2006. Tahun 2007, Farsighted Group / Hanergy Holding group, dan China Gold Water Resources Co. menandatangani MoU dengan Burma untuk menambah proyek PLTA 2.400 MW di hulu sungai Salween. Tahun 2008, Sinohydro, CSPC (China Southern Power Grid Co.), dan China Three Gorges Project Co. juga menandatangani perjanjian kerjasama pengembangan PLTA di sungai Salween yang sebagian besar daya listriknya akan diekspor ke Thailand. Akan tetapi, tahun 2009 pembangunan PLTA Liuku di sungai Salween di provinsi Yunnan, China dihentikan, karena alasan dampak lingkungan.
  • PLTA Shweli I, II, III di sungai Shweli di perbatasan China juga menerima dukungan China. YMEC (Yunnan Machinery & Equipment Import & Export Co) memulai proyek pada tahun 2004, kemudian bergabung dengan Yunnan Huaneng Lancang River Hydropower Development Co. dan Yunnan Power Grid Co., untuk membentuk YUPD (Yunnan Joint Power Development Co.) pada tahun 2006.  YUPD membentuk Shweli River I Power Station Co. bersama dengan Burma menangani proyek Shweli I (BOT) membangun PLTA dengan kapasitas 400-600 MW yang diselesaikan th 2009.
  • Di NB Kachin, beberapa perusahaan China terlibat dalam 7 PLTA sepanjang sungai N'Mai Hka, Mali Hka, dan Irrawaddy, dengan kapasitas terpasang 13.360 MW. China Power Investment Co. menandatangani perjanjian dengan otoritas Burma untuk membiayai 7 PLTA itu, dan CSPC.

PLTMH

Yang sedang beroperasi: Kattalu/Kyunsu 0,15 MW (daerah Tanintharyi); Kunhing 0,15 MW (Shan); Namlat / Kyaington 0,48 MW (Shan); Chinshwehaw 2x0,1 MW (Shan); Selu 0,024 MW (shan); Malikyun / Palaw 0,192 MW (Daerah Tanintharyi); Matupi / Namlaung 0,2 MW (Chin); Maing Lar 0,06 MW (Shan); Laiva 0,96-0,6 MW (Chin); Kunlon 0,5 MW (Shan); Lahe 0,05 (daerah Sagaing); Tui Swang / Tonzang 0,2 MW (Chin); Che Cahung / Mindat 0,2 MW.

PLTMH yang akan dibangun: Kunhein / Kunheng 0,15 MW; Kyaing Ton 0,48 MW; Watwon 0,5 MW.

BIOMASSA

Myanmar adalah negara agraris dengan populasi sekitar 54 juta (2005), dan 75% penduduknya tinggal di pedesaan dan melakukan aktivitas di pertanian desa. Total tanah di Myanmar yang ditutupi hutan seluas 51%. Energi utama di pedesaan dipasok 64% dari kayu-bakar, arang dan biomassa. Kayu-bakar digunakan sebagai masak-memasak di pedesaan bersama-sama dengan sejumlah limbah pertanian seperti tangkai kapas dan kulit kacang, tebu, biogas, jerami, sekam padi, biji wijen, dan daun kelapa sawit. Sebelumnya (1988-89) konsumsi kayu-bakar sekitar 80,46% dan secara bertahap menurun hingga 64% yang berbanding langsung dengan pertumbuhan populasi dan tidak langsung dengan adanya sumber energi lain seperti minyak mentah, gas alam, PLTA dan batu bara.

Efisiensi tungku masak ditingkatkan hingga 25%, kemudian pengusaha swasta dan lembaga pemerintah didorong untuk memanfaatkan bahan bakar batang dan briket dari bahan jerami, serbuk gergaji, dan debu arang ke skala komersial.
Di sisi lain, produksi sekam padi sekitar 20% dari 22 juta ton padi nasional per tahun. Beberapa penggilingan padi skala medium dan besar menggunakan sekam padi sebagai bahan bakar PLTU. Sementara, penggilingan padi skala kecil menggunakan motor atau mesin diesel sehingga banyak menghasilkan sekam padi. Sistem yang ada ditingkatkan menggunakan teknologi gasifikasi sekam padi untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan sistem usulan NEDO (New Energy and Industrial Development Organization of Japan). Sekitar 10,7 MW dapat dihasilkan dari gas untuk sektor UKM.

PLTBm di kotak merah
Perusahaan Jepang Fujita (saham 80%) bermitra dengan MAPCO (20%) (Perusahaan publik Agrobisnis Myanmar) membentuk perusahaan Myaung Mya FM Biomass Power Co, PLTBm Ayeyarwaddy 1,8 MW (201kW dipakai sendiri, dan 1,615 MW dijual) berbahan bakar sekam padi (55 ton/hari) melalui proses gasifikasi.

Biogas
Pembangkitan biogas di pedesaan dari residu binatang didorong perkembangannya sebagai pengganti kayu-bakar di kawasan Myanmar Tengah. Limbah binatang diperkirakan sekitar 32 juta ton/tahun. Penggunaan biodigester mencegah penggundulan hutan dan sekaligus mengendalikan polusi guna memperbaiki standar sanitasi dan kesehatan, dan residu biodigester dapat digunakan sebagai pupuk.

Biodiesel
Myanmar adalah tempat pertumbuhan pohon jarak pagar terbesar yang menghasilkan 90% minyak jarak dunia. Pemerintah Myanmar mendorong pertumbuhan jarak pagar sebagai proyek nasional. Luas area pohon jarak pagar adalah 2 juta Ha (2008) dan pemerintah mencanangkan sekitar 3,2 juta Ha pada tahun 2010. Japan Bio Energy Development Co. Ltd. mengumumkan bahw produksi biofuelnya berasal dari minyak jarak pagar yang melakukan kerjasama dengan perusahaan Myanmar guna menjual biji jarak sekitar 5.000 ton/tahun termasuk mengekspor biofuel jarak pagar. Pabrik biodiesel skala pilot menghasilkan 30 gal/hari telah dibangun oleh MOST.

Bioethanol
Produksi molases / bagas dari industri gula baik dari pemerintah maupun swasta sekitar 122.500 ton/tahun. Bila 30% molases tersebut diubah menjadi ethanol, maka produksi ethanol sekitar 1,65 juta gallon. Pabrik ethanol anhydrous telah dibangun pada tahun 2004 dengan kapasitas 500-3.000 gal/hari.

SURYA

Potensi surya: sekitar 51.973,8 TWh/tahun atau sekitar 5,93 TW. pemanfaatan PLTS masih dalam tahap awal dan fase Litbang. Tenaga surya melimpah di kawasan Tengah Myanmar yang kering dengan intensitas radiasi lebih dari 5 kWh/m2/hari selama musim kemarau.
Tenaga surya dikenalkan di pedesaan untuk mengisi baterai dan pompa air untuk irigasi, sedangkan PLTS perlahan-lahan dikembangkan di Myanmar dengan daya yang amat rendah via diklat/Loka karya. Pelaksanaan Loka Karya tentang ET (PLTS, theori dan praktek, pemasangan dan perawatannya) tahun 2002 yang didanai oleh Ashden Trust (GBP5.000) membuka mata peserta Loka Karya tentang perlunya Energi Terbarukan di pedesaan di Birma yang terputus selama ini dari revolusi EBT, karena isolasi dari komunitas internasional selama bertahun-tahun. Peserta Loka karya sebanyak 13 peserta yang dilaksanakan di Myitkyina, kota Kachin di Utara Burma, dan 15 peserta lagi di Toungoo di Tengah Burma. Peserta langsung memasang 3 PLTS 33 Watt, Dua PLTS di Pusat pelatihan LSM Metta pedesaan di Alam, 27 km Utara Myitkyina dan pusat Shalom, 24 km Utara Myitkyina. PLTS yang ketiga dipasang di KLinik Thaw Thi Kho di Toungoo.

ANGIN

Potensi angin: 365,1 TWh/tahun atau 41,65 GW. Penggunaan PLTB masih dalam tahap awal dan taraf eksperimental. Lokasi yang menjanjikan adalah di derah pegunungan NB Chin dan Shan, daerah pesisir dan kawasan Myanmar Tengah. DMH (Department of Meteorology and Hydrology) dengan menggunakan sistem akuisisi modern mengevaluasi (1998) bahwa sumber PLTB potensial berada di bagian Barat Myanmar. MSTRD (Myanma Scientific and Technological Research Department) dari Kementerian Ristek, Departemen Fisika Universitas Yangon, DEP (Department of Electric Power), dan MEPE bekerjasama dengan NEDO melakukan studi dan kerja riset tenaga angin. Mereka menemukan daerah yang layak untuk memanfaatkan tenaga angin dengan mendirikan turbin angin, yaitu di beberapa titik di Myanmar Tengah dan di dataran rendah di Myanmar dengan laju angin sekitar 5,6-7,4 m/detik yang akan menghasilkan daya berkisar 55-225 kW.

PANAS BUMI
Sumber panas bumi di Myanmar cukup melimpah. Sekitar 93 lokasi telah diidentifikasi di seluruh negeri, dan 43 di antaranya diinvestigasi oleh MOGE (Myanma Oil and Gas Enterprise) dari Kementerian Energi dan MEPE yang bekerjasama dengan EPDC (Electric Power Development Co.) Jepang, dan Unocal dari AS. Dari sejumlah itu, 39 titik yang ditandai oleh Myanmar Engineering Society signifikan untuk dimanfaatkan menjadi PLTP di bagian Timur Myanmar. Beberapa di antaranya dekat Yangon. Ada air panas di Myanmar dengan temperatur air >57 oC yang berpotensi menjadi PLTP (Binary Cycle Power Plant Generation) (5,3-8,6 sen $/kWh). Menteri telah meneken MoU dengan fihak Firma guna menyelesaikan proyek PLTP 200MW.

NUKLIR

Studi penggunaan Tenaga nuklir sebagai energi alternatif sedang dilakukan. Rusia (Rosatom) bersedia memberikan teknologi nuklir ke Myanmar, tetapi Myamar belum memutuskan apakah PLTN sebagai preferensi atau opsi. Pertemuan Pokja Burma-Rusia (Rosatom) diadakan bulan Oktober 2016 di Nay Pyi Taw, guna mendiskusikan proyek litbang teknologi nuklir untuk tujuan damai khususnya di bidang kesehatan, pertanian, dan lingkungan, dan pengembangan SDM.
Deposit Uranium yang teridentifikasi di Myanmar dalam bentuk U3O8 (%) adalah di lokasi: Magway (0,0010-0,5600); Taungdwingyi (0,0010-0,1100); Kyaukphygon (Mogok) (0,0015-0,0055); Kyauksin (0,0020-0,0052); dan Paongpyin (Mogok) (0,0061-0,0068).


Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com


Sabtu, 03 Maret 2018

Kondisi EBT di LAOS / Renewable Energy in Laos

Ekonomi Laos tumbuh amat cepat, ditaksir 7% hingga 2019, terutama karunia PLTA, dan dikelilingi negara yang lebih kaya seperti Vietnam, Thailand, China, mdan Kamboja.
Sebelumnya, Laos amat bergantung kepada BBM dan gas alam dari luar. BBM untuk kendaraan bermotor diimpor 100% yang selalu meningkat jumlahnya setiap tahun, dan tercatat sekitar 817.353 kL pada tahun 2014. BBM impor didatangkan melalui pelabuhan di Thailand (70%) dan Vietnam (30%), karena Laos tidak memiliki pelabuhan. Kondisi seperti itu mendorong pemerintah untuk mengenalkan biofuel (biodiesel dan bioethanol) secara bertahap dengan sasaran 15 % permintaan BB domestik harus tercapai pada tahun 2015 dan ET 30% pada tahun 2025.
ET di Laos sebenarnya memegang peranan penting, karena 80% dari semua energi berasal dari ET (68% dari biomassa / biogas / biodiesel / etanol sisanya adalah bayu, surya, 12% dari PLTA) BBM, LNG dan batubara. Sumber energi tradisional cukup melimpah seperti kayu bakar, arang, serbuk gergaji, jerami, sekam padi, ampas tebu, dll., tetapi masih kurang dimanfaatkan sepenuhnya sebagai pembangkit listrik.
Di sisi lain, Laos adalah negara pegunungan yang mempunyai banyak sungai, dan juga dilewati oleh Sungai besar dari China, sungai Mekong. Hal itu mendorong pelaksana kebijakan energi untuk melakukan pengembangan ET melalui pembangunan dam/PLTA sebanyak-banyaknya guna memanfaatkan air sungai sebesar-besarnya. Bila hal itu terwujud, Laos dapat disebut sebagai negara baterai di Asia Tenggara.
Laos ikut terlibat dalam pengembangan Program RET (Renewable Energy Technology) di Asia yang bertujuan untuk mempromosikan dan menyebarkan teknologi EBT dengan mengadaptasi teknologi sesuai kondisi dan persyaratan lokal. Program tersebut terdiri atas photovoltaik, pemanasan dengan surya, briket biomassa dan tungku briket. Sementara, pemanfaatan PV yang diusulkan Sunlabob RE Ltd. adalah berupa Jaringan Listrik Hibrida Desa, Sistem Sewa PV, Pompa Air Surya, Sistem Komunitas Surya, Lampu Isi-ulang dengan Surya, dan Sistem Penjernihan Air.
LIRE (The Laos Institute for RE) organisasi non profit profesional sosial didirikan oleh Sunlabob RE Ltd., National University Laos (NUOL), XAO BAN, LAOPP, Geo-Systems International Ltd., STRI, dan RESDA (The Lao RE Services Devlp'ment Ass'tion). Tujuan LIRE dibentuk adalah untuk memberikan informasi dan mengembangkan sektor EBT berkelanjutan dan mandiri yang cocok untuk penduduk Laos terutama yang berada di pedesaan yang selama ini tidak terkoneksi oleh jaringan listrik nasional dan tenaga ahli EBT. Program LIRE yang menonjol adalah:
  1. 60.000 PLT Piko-Hidro ( < 5 kW) untuk 90.000 rumah sudah diselesaikan yang bekerjasama dengan ETC Energy dan BORDA; menyebarkan instalasi PLTPH dengan target terpilih; memberikan kursus 20 jam/minggu tentang PLT Piko/Mikro-Hidro dalam bahasa Laos dan Inggris; mengenalkan LED dan ujinya; workshop; membagikan unit PLTPH yang sudah terbukti jalan.
  2. Biomassa dan Biofuel. Koperasi petani didorong untuk menanam pohon jarak (Jatropha) dan LIRE memberikan teknologi bagaimana membuat Biofuel skala kecil.
  3. Penjernihan air bertenaga surya, yang dibantu oleh Kedutaan Besar Jerman di Vientiane, BORDA, Sunlob, dan OurWorld Rural Development (Laos). LIRE melakukan analisis kelayakan ekonomi dan studi kelayakan untuk pemasokan air  ke beberapa desa; dan melakukan Latihan Kebersihan ;
  4. Pengolahan air limbah dan biogas. LIRE dan BORDA menandatangani kerjasama dalam sektor pasok air dan EBT yang difokuskan kepada sistem pengolahan air limbah (1-1000 m3/hari) untuk sanitasi masyarakat, dan perusahaan kecil dan menengah.


AIR


Potensi PLTA Laos: lebih dari 26.000 MW, dan hanya 5 % yang telah dikembangkan. PLTA yang beroperasi saat ini adalah PLTA Nam Ngum-1 /150 MW, di sungai Ngum dekat Vientiane; PLTA Houay-Ho /150 MW di Selatan Laos; PLTA Theun-Hinboun 1&2 / 2x110 MW, Nam Noy / 438 MW di sungai Xe Pian; Nam Phao / 1,6 MW, Prov. Bolikhamsay; Nam Leuk / 60 MW, Prov. Vientiane, Xelabam/3x0,85 MW & 1x3,5 MW, Champasak; Xeset-1 / 2x3MW & 3x13 MW, Xeset-2 / 2x38 MW, Salavanh.
Setidaknya ada 11 PLTA besar lainnya yang akan dibangun hingga 2020 guna menghasilkan listrik 5000 MW. Di antaranya adalah: PLTA Nam Pot / 20 MW, provinsi Xiangkhouang, sungai Nam Pot, anak sungai Nam Siam, air lepasan PLTA masuk ke sungai Nam Ngiep; Nam Sane-3 / 60 MW, Prov. Xiengkhouang, sungai Nam Sane; Nam Sim / 8 MW (2012), Prov. Houaphan, sungai Nam Sim; Nam Mang-3 / 2x20 MW, Nam Lik / 2x50 MW, Nam Song / 3x2 MW n(2013), Prov. Vientiane; Nam Bak 2B / 150 MW; Nam Ngiu / 30 MW, Prov. Xieng Khuang; Nam Gnouang / 2x30MW (2012), Nam Ngiep-1 / 440 MW, Prov. Bolikhamsay; Nam Ngum-5 / 120 MW, Prov. Xieng Khuang, Nam Ngum-2 / 615 MW, Prov. Xaisomboun; Nam Theun-1 / 400 MW, di Nam Kading, perbatasan Prov. Bolikhamxai dan Khammouane, sungai Nam Theun, Tad Salen / 2x1,6 MW (2013), Savannakhet; Xekaman-3 / 255 MW (2013), Xekong.
PLTA yang dibatalkan: Nam Ja-1 / 115 MW; Nam Ja-2 / 70 MW, prov. Saysomboun; Nam-Ngiep 2&3 / 495 MW, prov. Xieng Khuang. 
Thailand akan menerima pasokan listrik dari dam di Ngiep, Ngum, dan Theun, sementara Vietnam menerima pasokan listrik dari dam di Kong, Xe Pian, Xe Kaman di Selatan Laos.
PLTA Nam Theun-2NT2, terletak di sungai Nam Theun anak sungai Mekong, perbatasan Prov.Bolikhamxai & Khammouane 250 km Timur Vientiane beroperasi secara komersial pada bulan Maret 2010. NT2 menghasilkan listrik 1.070 MW dengan beda tinggi 350 m antara waduk dan stasiun yang memakai air dari sungai Nam Theun kemudian air lepasan dari PLTA tersebut dialihkan ke sungai Xe Bang Fai, dan bagian hilirnya bergabung lagi dengan sungai Mekong. NT2 mengekspor 995 MW ke EGAT (PLN Thailand) dan sisanya sebesar 75 MW dipakai untuk keperluan domestik Laos.
PLTA Xayabury 1.260 MW terletak di sungai Mekong, 30 km Timur kota Xayabury, Utara Laos, dengan lebar dam 810 m, proyek kerjasama pemerintah Laos dan EGAT Thailand yang diharapkan proyek ini dapat disetujui pada bulan Maret 2011, agar dapat beroperasi th 2019, dan 95% produksi listriknya akan diekspor ke Thailand. Menurut perjanjian Mekong th 1995, proyek tersebut seharusnya disetujui oleh 4 negara, Kambodja, Laos, Thailand, dan Vietnam, karena proyek tersebut akan mempengaruhi keanekaragaman hayati, habitat ikan, dan mata pencaharian nelayan/petani di sepanjang sungai Mekong.
Pembangunan PLTA Don Sahong 240-360 MW di sungai Mekong di air terjun Khone provinsi Champasak, Selatan Laos, kurang 2 km dekat perbatasan negara Kambodja diusulkan th 2006. Hampir semua listrik yang diproduksi Don Sahong akan diekspor ke Thailand dan Kambodja. Proyek ini akan mempengaruhi industri pariwisata karena pemandangan indah air terjun menjadi berkurang dan populasi ikan dolphin juga ikut berkurang.
PLTA Xekaman-1, 322 MW yang terletak di hilir sungai Sekaman, provinsi Attapeau, Laos, sekitar 80 km dari perbatasan Laos-Vietnam adalah juga proyek hasil kerjasama antara Laos dan Vietnam dengan dana sekitar US$441 juta. Proyek BOT ini adalah bagian dari proyek PLTA Sekaman Sanxay, yang keduanya akan beroperasi th 2015. Sekitar 20 % produksi listriknya untuk memenuhi kebutuhan domestik Laos, sedangkan sisanya dijual ke Vietnam melalui jalur transmissi 500kV dua negara.
Investor (Song Da Corp) sedang mempelajari untuk menambah PLTA lagi di wilayah Selatan Laos dengan total kapasitas 1.400 MW. Dari proyek itu, PLTA Xekaman-3 255 MW memproduksi listrik akhir tahun 2013, sementara konstruksi PLTA Xekaman-4 55 MW mulai akhir tahun 2011 dan beroperasi 2016 dan pembangunan PLTA mulai 2012 adalah Sekong-4 (310 MW) (operasi 2016) dan Sekong-5 (200 MW) (2016). 
Daftar PLTA yang pernah diusulkan menurut program 5 tahunan Laos untuk memenuhi permintaan domestik sebagai berikut:
2006-2010: Xeset-2 (76 MW), Nam Sin (8 MW), Nam Beng (20 MW), Xe Pon-3 (75 MW);
2011-2015: Nam Bak-2B (116 MW), Xe Katam (60 MW), Nam Ngum-5 (100 MW), Nam Lik (100 MW), Houay Lamphan Gnai (60 MW), Nam Long (11 MW);
2015-2020: Nam Ngum-4 (54 MW), Nam Pot (20 MW), Nam San-3 (30 MW), Xeset-3 (20 MW).
PLTA yang pernah diusulkan untuk memenuhi permintaan ekspor:
2005-2010: Nam Mo (105 MW), Xe Kaman-3 (255 MW), Theun Hinboun-2 dan Nam Theun-3 (447 MW), Nam Ngum-3 (460 MW), Nam Ngum-2 (615 MW), Nam Ngiep-1 (240 MW).
2011-2015: Xe Kaman-1 (468 MW), Xe Pian Xe Namnoy (390 MW), Nam Theun-1 (400 MW), Xe Kong-4 (440 MW), Xe Kong-5 (253 MW).
2016-2020: Nam Kong-1 (240 MW), Nam Ou-2 (630 MW), Nam Tha-1 (263 MW).

PLTMH

PLTMH/PLTPH adalah target pemerintah guna menaikkan laju elektrifikasi nasional hingga 90% pada tahun 2020. JICA dan MEM/MIH sedang menstudi PLTMH di bagian Utara Laos. Dua puluh empat PLTMH telah diteliti dan 22 di antaranya perlu ditindaklanjuti. Studi kelayakan terhadap 11 dari 22 tempat itu telah dilaksanakan tahun 2005, di antaranya adalah Nam Boune-2 (Provinsi Phongsaly, 4000 kW, Grid/domestik); Nam Long (Luangnamtha, 2500 kW, Grid/Domestik); Nam Gnone (Bokeo, 600 kW, Grid/impor); Nam Sim (Huaphan, 8000 kW, Grid/impor); Nam Ham-2 (Xayabury, 2000 kW, Grid/impor, Nam Likna (Phongsaly, 30 kW, Off-Grid); Nam Ou Nuea Phongsaly, 260 kW, Off-Grid); Nam Chong (Bokeo, 50 kW, Off-Grid); Nam Hat-2 (Bokeo, 120 kW, Off-Grid); Nam Xeng (Luang Phrabang, 110 kW, Off-Grid); Nam Xam-3 (Xiengkhuang, 80 kW, Off-Grid). Unit PLTPH berkapasitas 0,1-1 kW memasok listrik untuk beberapa rumah. PLTPH dengan head hanya 1-1,5 m dengan aliran rendah digunakan lebih dari 50% rumah di banyak desa bagian Utara. Harga PLTPH yang rendah (US$ 50-200) cocok untuk rumah pedesaan dan lebih populer, karena tidak ada tarif yang dikenakan, memproduksi listrik dengan faktor beban tinggi, dan output tinggi dengan ongkos rendah, meski keandalan dan keselamatan listriknya juga rendah, karena pemasangannya dengan teknik coba-coba yang tidak disertai oleh manual operasi, sehingga memerlukan perawatan yang lebih sering. Untuk itu, LIRE memberikan pendidikan dan latihan di bidang teknologi PLTPH (termasuk menngalihbahasakan petunjuk/manual instalasi ke bahasa lokal) guna meningkatkan keselamatan, kualitas, dan efisiensi turbin. Sekitar 60.000 unit PLTPH menyediakan listrik untuk 90.000 rumah di area pegunungan di Laos. Contoh PLTMikroHidro adalah Nam Hong di provinsi Luang Phrabang.

BIOMASSA

Hutan laos menyelimuti negeri sekitar 47%. Angka ini lebih tinggi dibanding Thailand, Vietnam, dan China tetapi lebih rendah dibanding Kambodja dan Myammar. Penduduknya sekitar 80% tinggal di desa sebagai petani, dan mengandalkan hutan untuk makanan, obat, perumahan dan energi terutama berasal dari kayu (89%). Produksi pertanian yang utama adalah beras yang diproduksi per tahunnya sekitar 2,4 juta ton. Di sisi lain, Lahan tebu sekitar 30.000 ha dan 2 pabrik gula swasta yang ada menghasilkan 600.000 ton gula/tahun/pabrik. Bagas / ampas tebu banyak diproduksi di Luangnamtha, Provinsi Phongsaly (Utara Laos). Oleh karena itu, Laos memproduksi limbah organik 65% yang hanya diletakkan di tempat terbuka (TPA). Limbah kota juga menyumbang sekitar 60-70% limbah organik yang dapat dijadikan pupuk atau biogas.
Laos memiliki sumber EBT biomassa tak terkira banyaknya yang belum dimanfaatkan maksimal, misalnya  3,9 juta ton limbah pertanian/tahun, yang berupa 2,9 juta jerami, 0,44 juta ton sekam padi, dan 0,15 juta ton batang jagung, dll.
Proyek PLT biomassa (30 kW) menggunakan kayu gergaji sebagai bahan bakar di Selatan Laos sedang dilakukan. Proyek biomassa sekam padi (200 kW) didukung oleh NEDO dan dilaksanakan oleh TRI. Ada pula pabrik kecil memproduksi arang dari potongan kayu untuk kebutuhan ekspor ke Jepang. Untuk sektor domestik, prospek tungku arang yang telah diperbaiki lebih menjanjikan.
Tungku Arang/Arang
Program tungku arang yang telah diperbarui (yang disebut Hor Por dengan 9 macam jenis pot/panci), dimulai th 1998 oleh CORE (Council of RE in Mekong Region) yang bekerjasama dengan PADETC (Participatory Development Training Center) menghasilkan penjualan tungku sekitar 10 ribuan ke 7 provinsi (Vientiane, Savannakhet, Champasak, Luang Phrabang, Oudomsay, Xayabury, Xieng Khuang) dan  sebagian di Ekspor ke Thailand dan Kambodja. Strategi/teknik pemasarannya adalah beberapa Hor Por diberikan gratis dulu kepada ibu-ibu, kemudian ibu lain yang tertarik akan ikut meminta/membeli yang harganya hanya US$ 3,-. Orang kota menggunakan Hor Por dengan bahan bakar arang yang dapat menghemat arang 30-50%, sedangkan penduduk desa tetap menggunakan kayu bakar yang dapat menghemat kayu 50-70%. Hal itu tidak hanya mengurangi konsumsi kayu bakar tetapi juga mengurangi polusi udara dan memperbaiki kondisi kesehatan penduduk. Kehadiran tungku Hor Por mendorong 6 pabrik briket arang di Vientiane dan satu pabrik briket arang bambu di Provinsi Vientiane berproduksi untuk keperluan memasak dan pemakaian panas di industri kecil (misalnya distilasi parfum kayu arga).

Tungku Kayu
SNV Belanda yang bermitra dengan organisasi sosial di New York, AS memproduksi tungku kayu baru (Biolite Stove) yang dilengkapi dengan peralatan pengubah panas jadi listrik sehingga dapat menyalakan fan dan dapat mencas HP. 

BIOGAS

Di laos, diperkirakan limbah kerbau, sapi, dan babi sekitar 4 juta ton yang dapat menghasilkan kira-kira 280 juta m3 biogas. Jumlah gas yang amat banyak ini belum sepenuhnya dimanfaatkan.
STEA/TRI (Science Technology and Environment Agency/Technology Research Institute) memasang 18 bak cerna di beberapa daerah di Laos. SNV (Netherlands Development Org) yang mendukung BPP (The Lao Biogas Pilot Program) memberikan bantuan teknis mempromosikan biogas sebagai sumber energi untuk memasak di dapur/pemanasan/pembangkit listrik setelah gas dikondisikan (sulfur dikurangi) yang berorientasi pasar. Pemerintah Belanda melalui Proyek Biogas Asia akan memberikan dana penggunaan biogas (sekitar 33% dari ongkos sistem bak cerna biogas) guna mensubsidi petani yang memilih sistem biogas. Contoh demo: desa Nongphouvieng, Kabupaten Pakngum, Provinsi Vientiane, sebanyak 30 rumah.

BIOFUEL (Minyak jarak pagar/Jatropha curcas)

Perhatian Laos terhadap biofuel menarik minat investor. Perusahaan Korea Selatan Kolao Farm dan Bio-Energy Co. membangun 2 pabrik biodiesel (satu di Vientiane dan lainnya di Selatan Laos dengan produksi 150.000 ton biodiesel/tahun) dari bahan baku Jatropha yang ditanam hingga 100.000 Ha. Satu PLT biodiesel dibangun untuk menyediakan listrik di suatu desa. Di sisi lain, pabrik akan mencoba memproduksi B5 yang selanjutnya ditingkatkan menjadi B10 pada tahun 2013-2014. Kolao farm dan Bio Energy Co. menanam pohon jarak di 6 provinsi yaitu provinsi Oudmonsay, Luang Namtha, Luang Phrabang, Bokeo, Xayaboury, and Vientiane.

SURYA
Lao berada di zona tropis yang menerima cahaya matahari selama 300 hari setahun.
Potensi: radiasi matahari setahunnya adalah 1.800 kWh/m2 di bagian Selatan Laos, dan hal ini baik untuk mengembangkan PLTS.
Awal mula sistem PV digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan penyimpanan vaksin. Selanjutnya, JICA (The japan International Cooperation Agency) memberikan hibah ke pemerintah Laos berupa proyek Listrik Masuk Desa (LMD) yang proyek percontohannya di provinsi Vientiane dan Borikhamxay berupa penerapan Hybrid Battery Charging System (Konsep baru di Laos) yaitu paduan Sistem Rumah Surya (SHS) dan Stasiun pengisian Baterai (BCS) pada 12 desa dan 440 rumah terkoneksi dengan SHS dan 2 desa terkoneksi dengan BCS dengan kapasitas total 37 kW.  Contoh lain: di provinsi Oudomxay, proyek sistem pembangkit hibrida, gabungan antara PLTMikroHidro 80 KW dan stasiun surya PV 100 kW.
Bank Dunia mendanai sistem sewa-beli program LMD itu, dan 5300 rumah berpartisipasi dalam sistem sewa-beli (biaya bulanan US$3,- selama 10 th), pemakai membayar kapital setelah 10 tahun melalui perwakilan yang ditunjuk (ESCO= Electric Service Companies).
Surya PV juga ada di 450 desa di laos yang dibantu oleh Sunlabob Rural Energy Sistem Co. dengan sistem sewa energi. Pengalaman ini menyebabkan Sunlabob banyak menerima permintaan peralatan baru, dan saat itu dari 8000 families. Model bisnisnya banyak ditiru, dan Sunlabob mengembangkan sayapnya ke Kambodja, Indonesia, Bhutan, East Timor, Uganda, Tanzania, Equador, dan Peru.
GEF (Global Environment Facility) dan Bank Dunia Akhir Feb 2011 menyetujui dana hibah US$1,8 juta dan dana pendamping US$36,6 juta untuk mendanai 5 proyek Program Listrik Masuk Desa di Laos. Dana sebesar itu dimaksudkan untuk menerangi 150.000 rumah (baru 20%) di pedesaan sejak th 1987 yang ditargetkan hingga 90% nanti pada th 2020 dengan sistem surya, energi biomassa, dan PLTMH.

ANGIN

Potensi angin di Laos: 155.148 MW (laju angin 6-7 m/detik), 24.280 MW (7-8 m/detik), 2.684 MW (8-9 m/detik), 140 MW ( > 9 m/detik) yang berada di tengah-Selatan Laos. Laju angin di Luang Phrabang dan Vientiane teramati hanya sekitar 1 m/detik, sementara di pegunungan laju angin jauh lebih tinggi. PLTB akan dibangun bila laju angin di atas 6 m/detik.  Laos bekerjasama dengan Finlandia guna mendapatkan instalasi peralatannya.




Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com

 

Jumat, 02 Maret 2018

Kondisi EBT di SINGAPURA / Renewable Energy in Singapore

Singapura memiliki sumber non EBT amat terbatas, sehingga sangat bergantung kepada impor minyak dan gas alam. Keputusan pindah dari BBM ke gas alam terjadi pada tahun 2001, dan 80% pembangkit listrik Singapura menggunakan gas alam. Oleh karena itu, EBT menjadi titik fokus pemerintah secara politik & ekonomi, sehingga Singapura merupakan negara paling aktif mengembangkan EBT. Banyak seminar dunia di bidang EBT diadakan di Singapura. Beasiswa untuk mahasiswa pascasarjana dan program PhD yang berminat di bidang EBT banyak ditawarkan oleh pemerintah dan swasta. Sementara, the National Environmental Agency (NEA) bertanggungjawab terhadap semua koordinasi manajemen limbah/sampah Singapura untuk mereduksi sampah kayu, plastik, Elektronik, ban, pertanian, dll., dengan cara mereduksi volum (insinerasi), daur-ulang, reduksi sampah TPA, dan minimisasi sampah.

Ada 4 PWC (Public Waste Collectors) beroperasi di Singapura. Sektor layanan dibagi tujuh sektor (lihat dalam peta di atas). Tujuh sektor itu akan dikonsolidasikan menjadi 6 sektor bila kontrak baru untuk Pasir Ris-Tampines dan Bedok dimulai tahun 2018.

Penduduk Singapura (yang rerata kaya) dianggap menghasilkan sampah sekitar 3,4kg per orang, rumah tangga sekitar 13,6kg sampah per rumah, sehingga secara negara per hari Singapore memproduksi sampah 17kg atau sekitar 7.269.500 ton per tahun (2012). Sampah yang dikirim ke TPA dari 1.260 ton/hari (1970) menjadi 8.559 ton/hari (2016). Itu berarti ecological footprint (ukuran dampak manusia terhadap ekosistem bumi atau jumlah tanah dan laut produktif yang dapat meregenerasi jumlah sumber daya yang terpakai oleh manusia, dan sampah yang dihasilkan dari sumber daya itu tidak merugikan) sekitar 6 (Kanada 7,01 global hectars per person, Biocapacity 14,92, ecological creator 7,91; contoh lain: Ecological Footprint USA 8, biocapacity 3,87, ecological debtor -4,13), RD Congo: EF 0,75, BC 2,76, E creator +2,01.

Saran untuk menurunkan ecological footprint: 1) baca buku di perpus jangan beli buku; 2) gunakan kembali kertas; 3) kurangi merokok; 4) kurangi makanan cepat saji khususnya daging; 5) minum air rumah jangan beli air botol; 6) berkendara secara efisien (irit BB, santai); 7) lepaskan cas-an bila tidak dipakai; 8) gunakan digital; 9) set komputer ke moda power-saver; 10) pilih wakilmu secara bijak dalam Pemilu, yang mengembangkan kebijakan pengembangan berkelanjutan. 


E-waste (Limbah Elektronik)
NEA menyinggung bahwa 6 dari 10 orang Singapura membuang benda elektronik mereka seperti TV tua, printer, komputer, karena tidak tahu atau tidak yakin bagaimana mendaur-ulang limbah elektronik itu. Singapura menghasilkan sekitar 60.000 ton limbah elektronik per tahun, setara dengan 220 pesawat Airbus A380. Setengahnya dihasilkan oleh rumah-tangga, dan setiap orang membuang sekitar 11 kg limbah elektronik yang setara dengan 73 HP (handphone). Hanya sekitar 6% didaur-ulang, sisanya dibuang begitu saja. Fasilitas daur-ulang milik grup TES-AMM menggarap seluruh limbah elektronik seperti modem, HP, kabel, TV, laptop, komputer, dll, dan benda berharga seperti emas dipungut kembali. Pendaur-ulang di atur oleh standar aturan lingkungan yang ketat, agar tidak mencemari lingkungan.


BIOMASSA

Sejauh ini, Singapura mengandalkan kepada penggunaan biomassa sebagai sumber EBT yang tersimpan dalam zat organik seperti kayu, daun, limbah binatang, hasil pertanian, dll. Sampah yang dibuang sekitar 40% (37% diinsinerasi di 4 Fasilitas WtE yang berlokasi di Tuas, Senoko, dan TPA lepas pantai, yaitu TPA Semakau), 3% di kirim ke TPA / Landfill di Semakau), dan sisanya (60%) digunakan kembali (didaur-ulang), dan laju daur-ulang tsb terus meningkat dari tahun ke tahun. Perusahaan dengan capaian  tinggi dalam mereduksi sampah pengepakan dengan cara 3R (Reduce, Reuse, Recycle) terhadap wadah/pengepakan diberikan hadiah.

Fasilitas insinerasi/pembakaran 37% sampah kota menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin hingga menghasilkan listrik. Hal itu terjadi di Ulu Pandan IP (=Inceneration Plant)  (1100 ton/hari, 16 MW, beroperasi th 1979), Tuas IP (1700 ton/hari, 46 MW, th 1986), Senoko IP (2400 ton/hari, 56 MW, th 1992), Tuas Selatan IP (3000 ton/hari, 80 MW, th 2000). 

Akan tetapi, masih ada sekitar 180.000 ton limbah yang tak dapat didaur-lang  per tahun menuju TPA Semakau (the world's first-of-its-kind offshore landfill, 8 km Selatan Singapura, merangkap tempat wisata, sport fishing, bird watching, dan PLTB) yang ditaksir akan penuh tahun 2040, dan sayangnya tidak ada tempat lain untuk mengelolanya. NEA menduga satu fasilitas insinerator baru yang amat mahal akan diperlukan setiap 5-7 tahun, dan satu TPA seperti TPA Semakau akan diperlukan untuk setiap 25-30 tahun. Hal ini adalah masalah lingkungan dan ekonomi yang serius di Singapura, kecuali lakukan cara: gunakan kembali sampah, dan Live Green, agar terjadi zero landfill, dan zero waste.

SURYA

Sebagai negara yang dekat dengan garis khatulistiwa, Singapura berpotensi besar untuk menyerap tenaga surya. Singapura memuluskan langkah pengembangan EBT dengan membebaskan pajak selama 20 tahun bagi pabrik yang menggunakan panel surya, sehingga pasar energi surya meningkat tajam. 
Perusahaan Apple melengkapi PLTS di Singapura (Jan 2016). Pengembang PLTS grup Sunseap bermitra dengan Apple untuk mengoperasikan PLTS di atap-atap 800 gedung di Singapura. Hal itu mampu menghasilkan 50MW yang cukup melistriki 9.000 rumah.
Perusahaan energi Norwegia membuka fasilitas pabrik panel surya terbesar di dunia pada November 2010. Hal itu membuat Singapura ingin menjadi produsen piranti PLTS (wafer, sel, dan panel surya) terbesar di dunia.
Blok HDB di Timur Jurong
Lembaga perumahan HDB (The Housing and Development Board) membeli panel surya senilai 2,3 juta dollar (1 MWpeak) dari Renewable Energy Corporation (REC, Norwegia) guna dipasang di atap apartemen. Sedikitnya 3.000 unit residensial dipasangi panel surya antara lain di Jurong, Aljunied, Telok Blangah, Bishan, Ang Mo Kio, dan Jalan Besar. HDB bersama konsultan Amerika, Dresser&McKee (CDM) juga mengembangkan model perencanaan lingkungan berkelanjutan menggunakan EBT khususnya energi surya di Punggol sebagai Eco-Town (mandiri di bidang transpotasi, puskesmas, toko, sekolah, fasilitas hiburan, tempat kerja, dan taman hiburan yang didukung oleh energi ramah lingkungan dan berkelanjutan). Kapasitas total mencapai 129,8MWp (th 2017) dengan target sekitar 350MWp.
Pengembangan grid mikro biodiesel dan panel surya di Pulau Ubin dicoba terhadap 30 KK dan perusahaan. Kesuksesan itu hanya membutuhkan biaya 80senUSD/kW.  

ANGIN

Perusahaan Singapura Sembcorp mengembangkan PLTB ~947W di Madya Pradesh, India (dana US$1,03miliar) via 2 tahap, tahap I ~540MW, dan tahap II ~407MW.
Singapura menjadi kantor pusat bagi perusahaan turbin angin asal Denmark, Vestas (dengan 150 staf) yang telah membangun 19% PLTBayu dunia.
PLTB juga dibangun di TPA Semakau.


BIOFUEL

Tiga perusahaan (Natural Fuel, CMS Resources, Neste Oil/Finland) telah berkomitmen untuk memproduksi biofuel (termasuk biodiesel dan bioetanol) sekitar 2,8 juta ton per tahun.

Pabrik biodiesel
Dua perusahaan biodisel dibangun di Singapura untuk kebutuhan ekspor yang menggunakan bahan baku CPO dari Indonesia dan Malaysia. Cremer Gruppe dibangun di pulau Jurong, di kompleks petrokimia Singapura (dengan dana 20,1 juta USD) berkapasitas 200 ribu mt per tahun yang beroperasi tahun 2007 dan akan ditambah dua pabrik lagi selama 5 tahun ke depan. Pabrik yang kedua dibangun dengan kapasitas 150 ribu mt per tahun sebagai usaha patungan dengan Wilmar Holdings dan Archer Daniels Midland Co. Pabrik ini dapat ditingkatkan produksinya dua kali lipat (300 ribu mt/tahun).
Pabrik biodiesel terbesar di dunia (800ribu/th) dibangun oleh Neste Oil dari Finlandia yang berasal dari CPO dengan luas tanaman sawit setara 2,600-3.400 km2.

Minyak goreng bekas
Pada th 2003, Kom Mam Sun membangun Biofuel Research Pte Ltd yang memproduksi biodiesel 95% dari minyak goreng bekas (beli S$0.50-60, jual S$1.30 per liter) yang mengandung 11% asam lemak bebas. Pabrik itu dibangun di Tuas (Alpha Biofuels plant) dengan dana 380 ribu USD yang mampu memproduksi 1.500 ton biodiesel (B100 tanpa campuran) per bulan untuk kebutuhan lokal. Hotel Westin akan menggunakan 8,000 ton minyak goreng bekas dari dapur sendiri dan organisasi lainnya di sekitar kota sebagai bahan bakar limusin jaguarnya. Biodiesel itu berasal dari Tuas dan pabrik mini biodiesel di lantai 5 hotel itu.

Singapura juga mengembangkan reduksi sampah dan tata air di Bendungan Marina bekerjasama dengan CDM.

Di sisi lain, Singapura berkeinginan menjadi pusat investasi, pengembangan dan pendidikan, pusat pasar karbon dunia termasuk potensi barang dan jasa teknologi ramah lingkungan di Asia. Kawasan industri teknologi ramah lingkungan di Tual seluas 1km2 telah disiapkan dan telah memperkerjakan 1.200 orang, dan di sektor teknologi ramah lingkungan akan memperkerjakan hingga 18.000 orang sampai tahun 2015.
Pada tahun 2015, industri energi bersih Singapura juga diharapkan mengkontribusi 1,7 milyar S$ terhadap produk domestik bruto dan menciptakan 7 ribu lapangan kerja di bidang tenaga surya, sel tunam (fuel cell), tenaga angin, efisiensi energi, dan pelayanan karbon.

Singapura telah menjadi anggota REEEP (Renewable Energy and Energy Efficiency Partnership), negara ke 32 di dunia.



Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com