Ekonomi Laos tumbuh amat cepat, ditaksir 7% hingga 2019, terutama karunia PLTA, dan dikelilingi negara yang lebih kaya seperti Vietnam, Thailand, China, mdan Kamboja.
Sebelumnya, Laos amat bergantung kepada BBM dan gas alam dari luar. BBM untuk kendaraan bermotor diimpor 100% yang selalu meningkat jumlahnya setiap tahun, dan tercatat sekitar 817.353 kL pada tahun 2014. BBM impor didatangkan melalui pelabuhan di Thailand (70%) dan Vietnam (30%), karena Laos tidak memiliki pelabuhan. Kondisi seperti itu mendorong pemerintah untuk mengenalkan biofuel (biodiesel dan bioethanol) secara bertahap dengan sasaran 15 % permintaan BB domestik harus tercapai pada tahun 2015 dan ET 30% pada tahun 2025.
Sebelumnya, Laos amat bergantung kepada BBM dan gas alam dari luar. BBM untuk kendaraan bermotor diimpor 100% yang selalu meningkat jumlahnya setiap tahun, dan tercatat sekitar 817.353 kL pada tahun 2014. BBM impor didatangkan melalui pelabuhan di Thailand (70%) dan Vietnam (30%), karena Laos tidak memiliki pelabuhan. Kondisi seperti itu mendorong pemerintah untuk mengenalkan biofuel (biodiesel dan bioethanol) secara bertahap dengan sasaran 15 % permintaan BB domestik harus tercapai pada tahun 2015 dan ET 30% pada tahun 2025.
ET di Laos sebenarnya memegang peranan penting, karena 80% dari semua energi berasal dari ET (68% dari biomassa / biogas / biodiesel / etanol sisanya adalah bayu, surya, 12% dari PLTA) BBM, LNG dan batubara. Sumber energi tradisional cukup melimpah seperti kayu bakar, arang, serbuk gergaji, jerami, sekam padi, ampas tebu, dll., tetapi masih kurang dimanfaatkan sepenuhnya sebagai pembangkit listrik.
Di sisi lain, Laos adalah negara pegunungan yang mempunyai banyak sungai, dan juga dilewati oleh Sungai besar dari China, sungai Mekong. Hal itu mendorong pelaksana kebijakan energi untuk melakukan pengembangan ET melalui pembangunan dam/PLTA sebanyak-banyaknya guna memanfaatkan air sungai sebesar-besarnya. Bila hal itu terwujud, Laos dapat disebut sebagai negara baterai di Asia Tenggara.
Laos ikut terlibat dalam pengembangan Program RET (Renewable Energy Technology) di Asia yang bertujuan untuk mempromosikan dan menyebarkan teknologi EBT dengan mengadaptasi teknologi sesuai kondisi dan persyaratan lokal. Program tersebut terdiri atas photovoltaik, pemanasan dengan surya, briket biomassa dan tungku briket. Sementara, pemanfaatan PV yang diusulkan Sunlabob RE Ltd. adalah berupa Jaringan Listrik Hibrida Desa, Sistem Sewa PV, Pompa Air Surya, Sistem Komunitas Surya, Lampu Isi-ulang dengan Surya, dan Sistem Penjernihan Air.
LIRE (The Laos Institute for RE) organisasi non profit profesional sosial didirikan oleh Sunlabob RE Ltd., National University Laos (NUOL), XAO BAN, LAOPP, Geo-Systems International Ltd., STRI, dan RESDA (The Lao RE Services Devlp'ment Ass'tion). Tujuan LIRE dibentuk adalah untuk memberikan informasi dan mengembangkan sektor EBT berkelanjutan dan mandiri yang cocok untuk penduduk Laos terutama yang berada di pedesaan yang selama ini tidak terkoneksi oleh jaringan listrik nasional dan tenaga ahli EBT. Program LIRE yang menonjol adalah:
- 60.000 PLT Piko-Hidro ( < 5 kW) untuk 90.000 rumah sudah diselesaikan yang bekerjasama dengan ETC Energy dan BORDA; menyebarkan instalasi PLTPH dengan target terpilih; memberikan kursus 20 jam/minggu tentang PLT Piko/Mikro-Hidro dalam bahasa Laos dan Inggris; mengenalkan LED dan ujinya; workshop; membagikan unit PLTPH yang sudah terbukti jalan.
- Biomassa dan Biofuel. Koperasi petani didorong untuk menanam pohon jarak (Jatropha) dan LIRE memberikan teknologi bagaimana membuat Biofuel skala kecil.
- Penjernihan air bertenaga surya, yang dibantu oleh Kedutaan Besar Jerman di Vientiane, BORDA, Sunlob, dan OurWorld Rural Development (Laos). LIRE melakukan analisis kelayakan ekonomi dan studi kelayakan untuk pemasokan air ke beberapa desa; dan melakukan Latihan Kebersihan ;
- Pengolahan air limbah dan biogas. LIRE dan BORDA menandatangani kerjasama dalam sektor pasok air dan EBT yang difokuskan kepada sistem pengolahan air limbah (1-1000 m3/hari) untuk sanitasi masyarakat, dan perusahaan kecil dan menengah.
AIR
Potensi PLTA Laos: lebih dari 26.000 MW, dan hanya 5 % yang telah dikembangkan. PLTA yang beroperasi saat ini adalah PLTA Nam Ngum-1 /150 MW, di sungai Ngum dekat Vientiane; PLTA Houay-Ho /150 MW di Selatan Laos; PLTA Theun-Hinboun 1&2 / 2x110 MW, Nam Noy / 438 MW di sungai Xe Pian; Nam Phao / 1,6 MW, Prov. Bolikhamsay; Nam Leuk / 60 MW, Prov. Vientiane, Xelabam/3x0,85 MW & 1x3,5 MW, Champasak; Xeset-1 / 2x3MW & 3x13 MW, Xeset-2 / 2x38 MW, Salavanh.
Setidaknya ada 11 PLTA besar lainnya yang akan dibangun hingga 2020 guna menghasilkan listrik 5000 MW. Di antaranya adalah: PLTA Nam Pot / 20 MW, provinsi Xiangkhouang, sungai Nam Pot, anak sungai Nam Siam, air lepasan PLTA masuk ke sungai Nam Ngiep; Nam Sane-3 / 60 MW, Prov. Xiengkhouang, sungai Nam Sane; Nam Sim / 8 MW (2012), Prov. Houaphan, sungai Nam Sim; Nam Mang-3 / 2x20 MW, Nam Lik / 2x50 MW, Nam Song / 3x2 MW n(2013), Prov. Vientiane; Nam Bak 2B / 150 MW; Nam Ngiu / 30 MW, Prov. Xieng Khuang; Nam Gnouang / 2x30MW (2012), Nam Ngiep-1 / 440 MW, Prov. Bolikhamsay; Nam Ngum-5 / 120 MW, Prov. Xieng Khuang, Nam Ngum-2 / 615 MW, Prov. Xaisomboun; Nam Theun-1 / 400 MW, di Nam Kading, perbatasan Prov. Bolikhamxai dan Khammouane, sungai Nam Theun, Tad Salen / 2x1,6 MW (2013), Savannakhet; Xekaman-3 / 255 MW (2013), Xekong.
PLTA yang dibatalkan: Nam Ja-1 / 115 MW; Nam Ja-2 / 70 MW, prov. Saysomboun; Nam-Ngiep 2&3 / 495 MW, prov. Xieng Khuang.
Thailand akan menerima pasokan listrik dari dam di Ngiep, Ngum, dan Theun, sementara Vietnam menerima pasokan listrik dari dam di Kong, Xe Pian, Xe Kaman di Selatan Laos.
PLTA Nam Theun-2, NT2, terletak di sungai Nam Theun anak sungai Mekong, perbatasan Prov.Bolikhamxai & Khammouane 250 km Timur Vientiane beroperasi secara komersial pada bulan Maret 2010. NT2 menghasilkan listrik 1.070 MW dengan beda tinggi 350 m antara waduk dan stasiun yang memakai air dari sungai Nam Theun kemudian air lepasan dari PLTA tersebut dialihkan ke sungai Xe Bang Fai, dan bagian hilirnya bergabung lagi dengan sungai Mekong. NT2 mengekspor 995 MW ke EGAT (PLN Thailand) dan sisanya sebesar 75 MW dipakai untuk keperluan domestik Laos.
PLTA Xayabury 1.260 MW terletak di sungai Mekong, 30 km Timur kota Xayabury, Utara Laos, dengan lebar dam 810 m, proyek kerjasama pemerintah Laos dan EGAT Thailand yang diharapkan proyek ini dapat disetujui pada bulan Maret 2011, agar dapat beroperasi th 2019, dan 95% produksi listriknya akan diekspor ke Thailand. Menurut perjanjian Mekong th 1995, proyek tersebut seharusnya disetujui oleh 4 negara, Kambodja, Laos, Thailand, dan Vietnam, karena proyek tersebut akan mempengaruhi keanekaragaman hayati, habitat ikan, dan mata pencaharian nelayan/petani di sepanjang sungai Mekong.
Pembangunan PLTA Don Sahong 240-360 MW di sungai Mekong di air terjun Khone provinsi Champasak, Selatan Laos, kurang 2 km dekat perbatasan negara Kambodja diusulkan th 2006. Hampir semua listrik yang diproduksi Don Sahong akan diekspor ke Thailand dan Kambodja. Proyek ini akan mempengaruhi industri pariwisata karena pemandangan indah air terjun menjadi berkurang dan populasi ikan dolphin juga ikut berkurang.
PLTA Xekaman-1, 322 MW yang terletak di hilir sungai Sekaman, provinsi Attapeau, Laos, sekitar 80 km dari perbatasan Laos-Vietnam adalah juga proyek hasil kerjasama antara Laos dan Vietnam dengan dana sekitar US$441 juta. Proyek BOT ini adalah bagian dari proyek PLTA Sekaman Sanxay, yang keduanya akan beroperasi th 2015. Sekitar 20 % produksi listriknya untuk memenuhi kebutuhan domestik Laos, sedangkan sisanya dijual ke Vietnam melalui jalur transmissi 500kV dua negara.
Investor (Song Da Corp) sedang mempelajari untuk menambah PLTA lagi di wilayah Selatan Laos dengan total kapasitas 1.400 MW. Dari proyek itu, PLTA Xekaman-3 255 MW memproduksi listrik akhir tahun 2013, sementara konstruksi PLTA Xekaman-4 55 MW mulai akhir tahun 2011 dan beroperasi 2016 dan pembangunan PLTA mulai 2012 adalah Sekong-4 (310 MW) (operasi 2016) dan Sekong-5 (200 MW) (2016).
Daftar PLTA yang pernah diusulkan menurut program 5 tahunan Laos untuk memenuhi permintaan domestik sebagai berikut:
2006-2010: Xeset-2 (76 MW), Nam Sin (8 MW), Nam Beng (20 MW), Xe Pon-3 (75 MW);
2011-2015: Nam Bak-2B (116 MW), Xe Katam (60 MW), Nam Ngum-5 (100 MW), Nam Lik (100 MW), Houay Lamphan Gnai (60 MW), Nam Long (11 MW);
2015-2020: Nam Ngum-4 (54 MW), Nam Pot (20 MW), Nam San-3 (30 MW), Xeset-3 (20 MW).
PLTA yang pernah diusulkan untuk memenuhi permintaan ekspor:
2005-2010: Nam Mo (105 MW), Xe Kaman-3 (255 MW), Theun Hinboun-2 dan Nam Theun-3 (447 MW), Nam Ngum-3 (460 MW), Nam Ngum-2 (615 MW), Nam Ngiep-1 (240 MW).
2011-2015: Xe Kaman-1 (468 MW), Xe Pian Xe Namnoy (390 MW), Nam Theun-1 (400 MW), Xe Kong-4 (440 MW), Xe Kong-5 (253 MW).
2016-2020: Nam Kong-1 (240 MW), Nam Ou-2 (630 MW), Nam Tha-1 (263 MW).
PLTMH
PLTMH/PLTPH adalah target pemerintah guna menaikkan laju elektrifikasi nasional hingga 90% pada tahun 2020. JICA dan MEM/MIH sedang menstudi PLTMH di bagian Utara Laos. Dua puluh empat PLTMH telah diteliti dan 22 di antaranya perlu ditindaklanjuti. Studi kelayakan terhadap 11 dari 22 tempat itu telah dilaksanakan tahun 2005, di antaranya adalah Nam Boune-2 (Provinsi Phongsaly, 4000 kW, Grid/domestik); Nam Long (Luangnamtha, 2500 kW, Grid/Domestik); Nam Gnone (Bokeo, 600 kW, Grid/impor); Nam Sim (Huaphan, 8000 kW, Grid/impor); Nam Ham-2 (Xayabury, 2000 kW, Grid/impor, Nam Likna (Phongsaly, 30 kW, Off-Grid); Nam Ou Nuea Phongsaly, 260 kW, Off-Grid); Nam Chong (Bokeo, 50 kW, Off-Grid); Nam Hat-2 (Bokeo, 120 kW, Off-Grid); Nam Xeng (Luang Phrabang, 110 kW, Off-Grid); Nam Xam-3 (Xiengkhuang, 80 kW, Off-Grid). Unit PLTPH berkapasitas 0,1-1 kW memasok listrik untuk beberapa rumah. PLTPH dengan head hanya 1-1,5 m dengan aliran rendah digunakan lebih dari 50% rumah di banyak desa bagian Utara. Harga PLTPH yang rendah (US$ 50-200) cocok untuk rumah pedesaan dan lebih populer, karena tidak ada tarif yang dikenakan, memproduksi listrik dengan faktor beban tinggi, dan output tinggi dengan ongkos rendah, meski keandalan dan keselamatan listriknya juga rendah, karena pemasangannya dengan teknik coba-coba yang tidak disertai oleh manual operasi, sehingga memerlukan perawatan yang lebih sering. Untuk itu, LIRE memberikan pendidikan dan latihan di bidang teknologi PLTPH (termasuk menngalihbahasakan petunjuk/manual instalasi ke bahasa lokal) guna meningkatkan keselamatan, kualitas, dan efisiensi turbin. Sekitar 60.000 unit PLTPH menyediakan listrik untuk 90.000 rumah di area pegunungan di Laos. Contoh PLTMikroHidro adalah Nam Hong di provinsi Luang Phrabang.
Hutan laos menyelimuti negeri sekitar 47%. Angka ini lebih tinggi dibanding Thailand, Vietnam, dan China tetapi lebih rendah dibanding Kambodja dan Myammar. Penduduknya sekitar 80% tinggal di desa sebagai petani, dan mengandalkan hutan untuk makanan, obat, perumahan dan energi terutama berasal dari kayu (89%). Produksi pertanian yang utama adalah beras yang diproduksi per tahunnya sekitar 2,4 juta ton. Di sisi lain, Lahan tebu sekitar 30.000 ha dan 2 pabrik gula swasta yang ada menghasilkan 600.000 ton gula/tahun/pabrik. Bagas / ampas tebu banyak diproduksi di Luangnamtha, Provinsi Phongsaly (Utara Laos). Oleh karena itu, Laos memproduksi limbah organik 65% yang hanya diletakkan di tempat terbuka (TPA). Limbah kota juga menyumbang sekitar 60-70% limbah organik yang dapat dijadikan pupuk atau biogas.
Laos memiliki sumber EBT biomassa tak terkira banyaknya yang belum dimanfaatkan maksimal, misalnya 3,9 juta ton limbah pertanian/tahun, yang berupa 2,9 juta jerami, 0,44 juta ton sekam padi, dan 0,15 juta ton batang jagung, dll.
Proyek PLT biomassa (30 kW) menggunakan kayu gergaji sebagai bahan bakar di Selatan Laos sedang dilakukan. Proyek biomassa sekam padi (200 kW) didukung oleh NEDO dan dilaksanakan oleh TRI. Ada pula pabrik kecil memproduksi arang dari potongan kayu untuk kebutuhan ekspor ke Jepang. Untuk sektor domestik, prospek tungku arang yang telah diperbaiki lebih menjanjikan.
Tungku Arang/Arang
Program tungku arang yang telah diperbarui (yang disebut Hor Por dengan 9 macam jenis pot/panci), dimulai th 1998 oleh CORE (Council of RE in Mekong Region) yang bekerjasama dengan PADETC (Participatory Development Training Center) menghasilkan penjualan tungku sekitar 10 ribuan ke 7 provinsi (Vientiane, Savannakhet, Champasak, Luang Phrabang, Oudomsay, Xayabury, Xieng Khuang) dan sebagian di Ekspor ke Thailand dan Kambodja. Strategi/teknik pemasarannya adalah beberapa Hor Por diberikan gratis dulu kepada ibu-ibu, kemudian ibu lain yang tertarik akan ikut meminta/membeli yang harganya hanya US$ 3,-. Orang kota menggunakan Hor Por dengan bahan bakar arang yang dapat menghemat arang 30-50%, sedangkan penduduk desa tetap menggunakan kayu bakar yang dapat menghemat kayu 50-70%. Hal itu tidak hanya mengurangi konsumsi kayu bakar tetapi juga mengurangi polusi udara dan memperbaiki kondisi kesehatan penduduk. Kehadiran tungku Hor Por mendorong 6 pabrik briket arang di Vientiane dan satu pabrik briket arang bambu di Provinsi Vientiane berproduksi untuk keperluan memasak dan pemakaian panas di industri kecil (misalnya distilasi parfum kayu arga).
Tungku Kayu
SNV Belanda yang bermitra dengan organisasi sosial di New York, AS memproduksi tungku kayu baru (Biolite Stove) yang dilengkapi dengan peralatan pengubah panas jadi listrik sehingga dapat menyalakan fan dan dapat mencas HP.
Tungku Kayu
SNV Belanda yang bermitra dengan organisasi sosial di New York, AS memproduksi tungku kayu baru (Biolite Stove) yang dilengkapi dengan peralatan pengubah panas jadi listrik sehingga dapat menyalakan fan dan dapat mencas HP.
Di laos, diperkirakan limbah kerbau, sapi, dan babi sekitar 4 juta ton yang dapat menghasilkan kira-kira 280 juta m3 biogas. Jumlah gas yang amat banyak ini belum sepenuhnya dimanfaatkan.
STEA/TRI (Science Technology and Environment Agency/Technology Research Institute) memasang 18 bak cerna di beberapa daerah di Laos. SNV (Netherlands Development Org) yang mendukung BPP (The Lao Biogas Pilot Program) memberikan bantuan teknis mempromosikan biogas sebagai sumber energi untuk memasak di dapur/pemanasan/pembangkit listrik setelah gas dikondisikan (sulfur dikurangi) yang berorientasi pasar. Pemerintah Belanda melalui Proyek Biogas Asia akan memberikan dana penggunaan biogas (sekitar 33% dari ongkos sistem bak cerna biogas) guna mensubsidi petani yang memilih sistem biogas. Contoh demo: desa Nongphouvieng, Kabupaten Pakngum, Provinsi Vientiane, sebanyak 30 rumah.
BIOFUEL (Minyak jarak pagar/Jatropha curcas)
Perhatian Laos terhadap biofuel menarik minat investor. Perusahaan Korea Selatan Kolao Farm dan Bio-Energy Co. membangun 2 pabrik biodiesel (satu di Vientiane dan lainnya di Selatan Laos dengan produksi 150.000 ton biodiesel/tahun) dari bahan baku Jatropha yang ditanam hingga 100.000 Ha. Satu PLT biodiesel dibangun untuk menyediakan listrik di suatu desa. Di sisi lain, pabrik akan mencoba memproduksi B5 yang selanjutnya ditingkatkan menjadi B10 pada tahun 2013-2014. Kolao farm dan Bio Energy Co. menanam pohon jarak di 6 provinsi yaitu provinsi Oudmonsay, Luang Namtha, Luang Phrabang, Bokeo, Xayaboury, and Vientiane.
SURYA
Lao berada di zona tropis yang menerima cahaya matahari selama 300 hari setahun.
Potensi: radiasi matahari setahunnya adalah 1.800 kWh/m2 di bagian Selatan Laos, dan hal ini baik untuk mengembangkan PLTS.
Awal mula sistem PV digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan penyimpanan vaksin. Selanjutnya, JICA (The japan International Cooperation Agency) memberikan hibah ke pemerintah Laos berupa proyek Listrik Masuk Desa (LMD) yang proyek percontohannya di provinsi Vientiane dan Borikhamxay berupa penerapan Hybrid Battery Charging System (Konsep baru di Laos) yaitu paduan Sistem Rumah Surya (SHS) dan Stasiun pengisian Baterai (BCS) pada 12 desa dan 440 rumah terkoneksi dengan SHS dan 2 desa terkoneksi dengan BCS dengan kapasitas total 37 kW. Contoh lain: di provinsi Oudomxay, proyek sistem pembangkit hibrida, gabungan antara PLTMikroHidro 80 KW dan stasiun surya PV 100 kW.
Bank Dunia mendanai sistem sewa-beli program LMD itu, dan 5300 rumah berpartisipasi dalam sistem sewa-beli (biaya bulanan US$3,- selama 10 th), pemakai membayar kapital setelah 10 tahun melalui perwakilan yang ditunjuk (ESCO= Electric Service Companies).
Surya PV juga ada di 450 desa di laos yang dibantu oleh Sunlabob Rural Energy Sistem Co. dengan sistem sewa energi. Pengalaman ini menyebabkan Sunlabob banyak menerima permintaan peralatan baru, dan saat itu dari 8000 families. Model bisnisnya banyak ditiru, dan Sunlabob mengembangkan sayapnya ke Kambodja, Indonesia, Bhutan, East Timor, Uganda, Tanzania, Equador, dan Peru.
GEF (Global Environment Facility) dan Bank Dunia Akhir Feb 2011 menyetujui dana hibah US$1,8 juta dan dana pendamping US$36,6 juta untuk mendanai 5 proyek Program Listrik Masuk Desa di Laos. Dana sebesar itu dimaksudkan untuk menerangi 150.000 rumah (baru 20%) di pedesaan sejak th 1987 yang ditargetkan hingga 90% nanti pada th 2020 dengan sistem surya, energi biomassa, dan PLTMH.
ANGIN
Potensi angin di Laos: 155.148 MW (laju angin 6-7 m/detik), 24.280 MW (7-8 m/detik), 2.684 MW (8-9 m/detik), 140 MW ( > 9 m/detik) yang berada di tengah-Selatan Laos. Laju angin di Luang Phrabang dan Vientiane teramati hanya sekitar 1 m/detik, sementara di pegunungan laju angin jauh lebih tinggi. PLTB akan dibangun bila laju angin di atas 6 m/detik. Laos bekerjasama dengan Finlandia guna mendapatkan instalasi peralatannya.
Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi; WA 0812-1088-1386; ffagi@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar